Selamat Datang di Blog saya

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Senin, 19 April 2010

first order understanding dan second order understanding.

first order understanding dan second order understanding.
Oleh: Tjipto Subadi

Pendekatan Studi

Penelitian ini berjudul Boro: Mobilitas Penduduk Masyarakat Tegalombo Sragen. Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian non statistik, non hipotisis, kajiannya interpretatif dan mengkaji fenomena masyarakat dibalik fakta (yang tampak).
Teori kualitatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah fenomenologi, fenomenologi ini suatu teori yang digunakan dalam melihat/pengkaji suatu peristiwa dari maknanya, kajian ide, kajian interpretatif.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi sosial. Digunakan paradigma definisi sosial karena penelitian ini bergerak pada kajian mikro. Perspektif fenomenologi dengan paradigma definisi sosial ini akan memberi peluang individu sebagai subjek penelitian melakukan interpretasi, dan kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap interpretasi itu sampai mendapatkan pengetahuan tentang proses dan makna boro, dalam hal ini Berger menyebutnya dengan first order understanding dan second order understanding.
Alasan lain penelitian kualitatif fenomenologi karena penelitian ini berfokus pada analisis pemahaman dan pemaknaan. Melalui metode kualitatif ini, realitas sosial yang hendak dikaji adalah realitas subjektif berupa pemahaman dan pemaknaan, melalui pendekatan ini peneliti meminta kepada subjek penelitian untuk memberrikan interpretasi terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian berkaitan dengan Boro yang dilakukan masyarakat desa Tegalombo, kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap interpretasi subjek penelitian itu sampai mendapatkan makna, makna ini tidak boleh bertentangan dengan makna dari interpretasi subyek penelitian tersebut di atas.Jenis penelitai kualitatif fenomenologis ini berupaya menelaah esensi, memberi makna pada boro dan prosesnya di desa Tegalombo.
Alasan lain, digunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologis karena metode ini untuk memahami realitas sosial sebagai realitas subjektif, memberikan tekanan terbuka tentang kehidupan sosial. Di samping itu penelitian kualitatif ini digunakan karena dalam melihat fenomena sosial itu bermuara pada upaya pemahaman (understanding) terhadap apa yang terpola berupa reasons dalam dunia makna para pelaku. Reasons menurut Ardhana, bahwa; dalam dunia makna para pelaku itu bisa berupa frame atau pola pikir tertentu, rasionalitas tertentu, atau etika tertentu, tema atau budaya tertentu. Itulah sasaran tembak yang diburu dalam tradisi penelitian kualitatif feomenologis, yang secara ringkas bisa disebut sebagai upaya understanding of understanding. Yang diburu adalah pemahaman terhadap suatu fenomena sosial (siapa melakukan apa)? berdasarkan apa yang terkonstruksi dalam dunia makna? atau pemahaman manusia pelakunya itu sendiri (Ardhana, 2001: 90-91).
Perspektif kualitatif fenomenologi ini digunakan untuk mengkaji; struktur masyarakat desa Tegalombo dan mengkaji beberapa permasalahan penelitian; (1) siapakah pelaku boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial di desa Tegalombo? mengapa mereka melakukan boro? faktor apa saja yang menjadi konteks konstruksi sosial para pelaku boro? apakah faktor ekonomi (materi) yang menjadi faktor utama mereka melakukan boro? seperi dinyatakan Lee bahwa motif ekonomi merupakan dorongan utama orang bermigrasi, apakah ada faktor lain (non ekonomi/non materi) yang cukup penting berpangaruh terhadap tindakan mereka melakukan boro? bagaimana pelaku boro masyarakat desa Tegalombo mengkonstruksi alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro, atau bagaimana alasan yang mendasari tindakan mereka melakukan boro? (2) bagaimana konstruksi sosial proses boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial, bagaimana keterkaitan antara proses boro itu dengan kesadaran jaringan sosial, dan bagaimana pula keterkaitan antara proses boro dengan jaminan sosial seperti jaminan keamanan, kesehatan terhadap keluarga (istri dan anak-anak) yang ditinggalkan?(3) bagaimana makna boro sebagai mobilitas penduduk dan gejala sosial bagi pelaku boro itu sendiri atau bagaimana konstruksi sosial makna boro oleh pelaku boro?
Perspektif fenomenologi dalam penelitian ini menggunakan teorinya Berger yaitu fist order understanding dan second order undertsanding. fist order understanding adalah penelitian aliran ini meminta (menanyakan) kepada pihak yang diteliti (informan) untuk mendapatkan jawaban yang benar tentang; boro demi anak-anak, boro ingin mencari ilmu, boro ingin merubah nasib. Informasi-informasi ini belum cukup bagi peneliti. Peneliti harus menanyakan kembali bagaimana ia melakukan boro? mengapa ia boro? apa yang mendorong boro? Beberapa pertanyaan itu perlu disampaikan untuk memperoleh informasi tentang fenomena boro yang dilihat dari realitas subjektif, informasi seperti inilah yang disebut eksternalisasi menurut bahasa Berger.
Informasi-informasi ini belum cukup untuk menjawab permasalahan penelitian ini, kemudian peneliti berkewajiban untuk melakukan interpretasi terhadap interpretasi tersebut di atas agar informasi yang satu dapat dijelaskan dalam pertaliannya dengan informasi yang lain sehingga diperoleh suatu makna baru yang tidak bertentangan dengan interpretasi subyek/informan penelitian, makna yang baru ini disebut second order understanding dalam fenomenologi atau objektifasi menurut pemahaman Berger.

Untuk lebih jelasnya dipersilahkan membaca selengkapnya Disertasi oleh Tjipto Subadi,BORO: MOBILITAS PENDUDUK MASYARAKAT TEGALOMBO SRAGEN
(Suatu Pendekatan Kualitatif Fenomenologis), Dokumen Pascasarjana UNAIR. atau di Perpustakaan Pascasarjana UMS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar