Materi Kelompok E. MEMAHAMI LESSON STUDY
A. Pengertian Lesson Study
Lesson Study bukan suatu metode mengajar atau bukan suatu strategi pembelajaran tetapi lesson study adalah suatu model pembinaan profesi guru melalui belajar mengajar (pengkajian pembelajaran) secara kolaboratif dengan system siklus dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study dalam aktivitasnya guru dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
Lesson study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction = pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian). Jadi lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru.
Akhmad Sudrajat, (2008: 1) menjelaskan bahwa lesson study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru.
Ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembang- kan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
B. Konsep Dasar Tahapan-Tahapan Lesson Study
Konsep dasar pelaksanaan Lesson Study yang dikembangkan di Jepang merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu; plan-do-see yaitu: (1) Perencanaan (planning). (2) Implementasi (action) atau pembelajaran dan observasi. (3) Refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Lewis (2002). Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson study juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing atau Plan-Do-See (Saito, et al. (2005). Untuk lebih jelasnya bisa dibaca skema pada gambar di bawah ini:
1. Tahap Merencanakan (Plan)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan dilanjutnya membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan permasalahan tersebut sebagai alternatif pemecahannya. Tujuannya untuk menghasilkan rancagan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dalam upaya mengatasi permasalah tersebut.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas; (1) Rencana Pembelajaran (RP) (2) Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide) (3) Lembar Kerja Siswa (LKS) (4) Media atau alat peraga pembelajaran (5) Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran (6) Lembar observasi pembelajaran (7) Menetapkan salah satu guru untuk melaksanakan tindakan (implementasi pembelajaran).
2. Tahap Pelaksanaa (Implementasi) dan Observasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun tersebut, di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas.
Tujuannya untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru berperan sebagai pelaksana lesson study dan guru yang lain sebagai pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang mengajar, tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada prosedur dan insturumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Pengamat tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran.
3. Tahap Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok.
Pertama guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi. Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran.
Selanjutnya, guru yang melakukan implementasitersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Pada tahap refleksi ini bertujuan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajarn. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik dan diimplementasikan kembali dalam kelas pada putaran berikutnya.
Dengan mencermati beberapa definisi lesson study maka akan menemukan 7 kata kunci, yaitu; (1) pembinaan profesi, (2) pengkajian pembelajaran, (3) kolaborasi, (4) berkemajuan, (5) kolegialitas, (6) mutual learning, dan (7) komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan keprofesionalan pendidik terus menerus. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus menerus maka keprofesionalan dapat menurun dengan bertambahnya waktu. Pembinaannya melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara berkala, misalnya seminggu sekali atau dua minggu sekali karena membangun komunitas belajar adalah membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling koreksi, saling menghargai, saling bantu, dan saling menahan ego.
C. Alasan Yuridis Pelaksanaan Lesson Study.
1. Dasar Undang-Undang
Undang-Undang NO. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas profesionalnya guru dan dosen berkewajiban:
Pasal 20 ayat 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2) Meningkatkan kualifikasi akademik dan mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan Iptek dan seni.
Pasal 32 ayat 1) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier; 2) Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Pasal 34 ayat 1) Pemerintah dan pemerintah derah wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2. PP. NO 19 Tahun 2005 Tentang Starndar Nasional Pendidikan
Dalam pasal 19 ayat (1) dan ayat (2), guru dan dosen dalam melaksanakan tugas profesionalnya berkewajiban;
(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(2) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
D. Tujuan, Manfaat dan Dampak Lesson Study
Tujuan utama lesson study adalah (1) Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar, (2) meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran, (3) meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas belajar, (3) meningkatkan hubungan kolegalitas, (4) meningkatkan hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan jangka panjang yang harus dicapai, (5) meningkatkan motivasi belajar, baik guru maupun siswa untuk selalu berkembang, dan (6) meningkatkan kualitas rencana pembelajaran.
Selain itu tujuan lesson study yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Manfaat yang yang dapat diambil lesson study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Lesson Study dapat dilakukan melalui 2 tipe (1) berbasis sekolah (2) berbasis MGMP, lesson study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara sikluk, yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).
Manfaat lesson study dipilih sebagai model pembinaan profesi pendidik (guru) adalah sebagai berikut; (1) Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran, (2) membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya, (3) memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum, (4) membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa, (5) menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa, dan (6) meningkatkan kolaborasi pada sesama guru. Menurut Wang-Iverson dan Yoshida (2005), manfaat lesson study adalah (1) Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya) (2) Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya (3) Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulu (4) Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa (5) Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa (6) Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Sedangkan dampak dari lesson study adalah (1) meningkatan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan (siswa). (2) Guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktek pembelajarannya sehingga dapat merubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktek pembela-jaran dari perspektif siswa (3) Terjalin hubungan emosionaldiantara pendidik sehingga para guuru mudah berkonsultasi kepada pakar dalam hal pembelajaran dan atau kesulitan materi pelajaran. (4) Perbaikan praktek pembelajaran di kelas. (5) Peningkatan kolaborasi antar guru dan antara guru dan pakar/dosen dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Peningkatan ketrampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar.
Kamis, 19 Mei 2011
Materi Inovasi Pembelajaran 3
Materi Kelompok D. PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
A. Pengertian PTK
Karwono (2009) dalam sebuah artikel tetang Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) menjelaskan bahwa PTK atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in nality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out. Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK melaksanakan proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri 3 tahapan sebagai berikut: merencanakan melakukan tindakan dan mengamati merefleksi. Sesuai dengan hakekat yang dicerminkan oleh namanya yaitu action research spiral, penelitian tindakan kelas dapat dimulai darimana saja dari keempat fase yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Untuk memperjelas penegertian Penelitian Tindakan Kelas berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi PTK oleh beberapa ahli:
a. Hopkins (1993) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan merefleksi hasil tindakannya.
b. Kemmis dan McTanggart (1988) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.
c. McNiff dalan Suyanto (1997: 3) menyatakan bahwa Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, pengembangn sekolah, penembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
d. Menurut Mills (2000) menjelaskan, Penelitian tindakan sebagai “systematic Inquiri” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refkeksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa; (1) Peneilitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif. (2) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan beradasarkan adanya permasalahan nyata yang muncul dikelas, selanjutnya beradsar permasalahn tersebut guru mencari alternative cara-cara untuk mengatasinya dan menindak lanjuti dengan tindakan nyata yang terencana dan dapat diukur tingkat keberhasilanya. (3) Penelitian Tindakan Kelas sebagai bagian dari penelitian tindakan (Action research) adalah suatu penelitian bertujuan memperbaiki kualitas praktik pembelajaran di kelas.(4) Dengan penelitian tindakan kelas, apabila kelas tersebut terdapat masalah yang perlu dipecahkan maka seorang guru dapat melakukan penelitian sendiri terhadap masalah yang dihadapi para siswa dikelasnya dan bagaimana praktek pembelajaran yang dilakukan dikelas tersebut. (5) Guru dapat meneliti aspek interaksi antara guru dengan peserta didik dalam pembelajaran atau antara siswa dengan siswa. Dengan demikian guru diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan dikelas. Guru dapat meningkatkan proses dan praktek pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas sebaiknya dilakukan tanpa mengganggu proses belajar mengajar dikelas untuk itu pelaksanaan penelitian ini bersamaan dengan pokok bahasan yang sdang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Guru dapat meneliti permasalah apa yang muncul dikelasnya dan dicarikan solusi dan cara-cara pemecahan masalah tersebut. Guru dapat melihat produk pembelajaran secara reflektif dikelas, dengan demikian guru dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan selama ini.
B. Karakteristi PTK
Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain: menurut Hopkins, PTK memiliki karateristik:
a. Memperbaiki proses pembelajaran dari dalam (an inquiry on practice from withim).
b. Usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort betmeen scholl teachers and teachers educators).
c. Bersifat fleksibel (a reflective practice made public).
Menurut Sulipan (2007), karakteristik PTK adalah:
(1) PTK didasarkan atas masalah yang dihadapi oleh guru dalampembelajaran.
(2) Dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama dengan pihak lain (guru lain).
(3) Peneliti sekaligus praktisi (pengajar) yang melakukan refleksi,
(4) Memecahkan masalah untukmeningkatkan mutu pembelajaran.
(5) Dilakukan dalam rangkaian beberapa siklus, dan tindakannya meliputi efektivitas metode atau proses pembelajaran (perencanaan,pelaksanaan, dan penilaian).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karateristik PTK adalah:
(a) Dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati guru dalam pembelajaran di kelas.
(b) Bersifat practice driven dan action driven, dalam arti PTK memperbaiki secara praktis, langsung, disini, dan sekarang, atau sering disebut dengan penelitian praktis (practical inquiry).
(c) Berpusat pada permasalahan spesifik konstekstual.
(d) Peran tim ahli (dosen) pada tahap awal adalah menjadi sounding board (pemantul gagasan) bagi guru yang menghadapi masalahan dalam pelaksanaan tugasnya..
(e) Diselenggarakan secara colaboratif, ciri kolaboratif adalah sebagai kerja sama guru sejawat dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan PTK, mungkin bisa titambahkan tim ahli.
(f) Dilaksanakan berdasarkan system siklus minimal dua siklus.
(g) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran
(h) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; dan dilaksnakan dalam rangkaian langkah dari beberapa siklus.
C. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas, secara sederhana marilah kita pahami trlebih dahulu prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas agar di dalam menerapkanya dapat berjalan baik. Adapun beberapa prinsip penelitian tindakan kelas antara lain sebagai berikut;
a. SWOT sebagai dasar berpijak artinya penelitian tindakan kelas harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT yang terdiri atas Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (ancaman). Dengan berpijak dari keempat hal tersebut maka penelitian dapat dilaksanakan asal ada kesesuaian anatar guru dengan siswanya.
b. Ikuti Prinsip SMART dalam perencanaan. Smart disini berupa singakatan yang terdiri dari unsur; Spesifik (khusus), Managable (dapat dilaksanakan), Acceptable (dapat diterima lingkungan), Realistic (operasional), dan Time-bound (terencana). Unsur acceptaable yang sangat penting karena terkait dengan subjek yang dikenai tindakan, atau siswa diminta melakukan suatu tindakan sebagaimana perintah gurunya. Oleh karena itu seyogyanya siswa dilibatkan atau diajak bicara apa yang akan siswa lakukan agar hasilnya optimal bukan karena keterpakasaan.
c. Kegiatan nyata dalam situasi rutin, artinya penelitian tindakan kelas tidak perlu mengada-ada, mengubah menjadi situasi khusus, atau bahkan sampai mengubah jadwal pelajaran. Dengan demikian apabila guru akan mengadakan tindakan kelas lagi maka tidak perlu susah payah membuat jadwal lagi.
Menurut Sulipan (2007) prinsip-prinsip PTK adalah:
(1) Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
(2) Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan.
(3) Metodologi yang digunakan harus fleksibel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara menyakinkan.
(4) Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi.
(5) Dalam penyelenggaraan penelitian,guru harus memperhatikan etika profesionalisme guru.
(6) Meskipun tindakan dilakukan di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh.
(7) Tidak mengenal populasi dan sampel.
(8) Tidak mengenal eksperimen dan control.
(9) Tidak untuk digeneralisasikan.
Kardiawarman (2007) mengemukakan tiga prinsip PTK:
(a) Tidak mengganggu komitmen guru mengajar.
(b) Tidak menuntut waktu yang khusus.
(c) Masalah yang diteliti harus merupakan masalah yang dihadapi.
D. Tujuan PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang sangat setrategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang wajib diselenggarakan dalam kantek pembelajaran dikelas dan dalam rangka peningkatan program sekolah secara menyeluruh. Hal ini dapat dilaksanakan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
a. Untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan, terencana dan terarah. Tujuan ini melekat pada diri setiap guru dalam menunaikan tugas utamanya yakni mendidik anak-anak bangsa agar menjadi insan yang berkualitas.
b. Memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran.
c. Peningkatan layanan profesional guru dalam menangani permasalahan pembelajaran.
Natawidjaya (1977) mengemukakan tujuan PTK adalah:
(1) Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran.
(2) Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif.
(3) Untuk melaksanakan program pelatihan dalam jabatan guru.
(4) Untuk memasukkan unsur-unsur inovasi pembelajaran
(5) Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi pendidikan dengan para peneliti akademis.
(6) Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang ada hubungannya dengan sekolah.
E. Manfaat PTK
Apabila tujuan-tujuan tersebut di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh sekurang-kurangnya 4 (empat) manfaat dari pelaksanaan PTK, antara lain;
a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Guru dapat meningkatkan kemempuan reflektif dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi.
c. Guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum sekolah.
d. Kemempuan reflektif guru serta keterlibatan guru dalam upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesioanalsme guru.
Manfaat PTK yang lain adalah:
(1) Sebagai bentuk inovasi pembelajaran, pembelajaran yang aktif, menyenangkan siswanya.
(2) Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah.
(3) Peningkatan profesionalisme guru.
F. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran (improvement instructional-oriented), yaitu merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi kependidikan dengan maksud untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode Alur, menurut Kemmis dan McTaggart alur penelitian tindakan kelas pada intinya akan mengidentifikasi perkembangan dan perubahan kemampuan subyek setelah subyek diberikan perlakuan khusus atau dikondisikan dalam kurun waktu tertentu, berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil. Perlakuan-perlakuan tersebut setelah selesai diberikan, kemudian diukur efeknya terhadap tujuan yang diinginkan dari penggunaan perlakuan tersebut, seperti peningkatan kecakapan keterampilan personal (Personal life skills), keterampilan emosional (emosional life skills), maupun peningkatan keterampilan sosial (social life skills) serta keterampilan intelektual yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Alur penelitian ini digambarkan dengan dua contoh diagram, menurut Kemmis dan McTagart, sebagai berikut:
A. Pengertian PTK
Karwono (2009) dalam sebuah artikel tetang Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) menjelaskan bahwa PTK atau action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in nality and of (a) their own social or educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions in which practices are carried out. Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut PTK melaksanakan proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri 3 tahapan sebagai berikut: merencanakan melakukan tindakan dan mengamati merefleksi. Sesuai dengan hakekat yang dicerminkan oleh namanya yaitu action research spiral, penelitian tindakan kelas dapat dimulai darimana saja dari keempat fase yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Untuk memperjelas penegertian Penelitian Tindakan Kelas berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi PTK oleh beberapa ahli:
a. Hopkins (1993) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan merefleksi hasil tindakannya.
b. Kemmis dan McTanggart (1988) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.
c. McNiff dalan Suyanto (1997: 3) menyatakan bahwa Penelitian tindakan kelas sebagai penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, pengembangn sekolah, penembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
d. Menurut Mills (2000) menjelaskan, Penelitian tindakan sebagai “systematic Inquiri” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refkeksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa; (1) Peneilitian tindakan kelas pada dasarnya merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif. (2) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan beradasarkan adanya permasalahan nyata yang muncul dikelas, selanjutnya beradsar permasalahn tersebut guru mencari alternative cara-cara untuk mengatasinya dan menindak lanjuti dengan tindakan nyata yang terencana dan dapat diukur tingkat keberhasilanya. (3) Penelitian Tindakan Kelas sebagai bagian dari penelitian tindakan (Action research) adalah suatu penelitian bertujuan memperbaiki kualitas praktik pembelajaran di kelas.(4) Dengan penelitian tindakan kelas, apabila kelas tersebut terdapat masalah yang perlu dipecahkan maka seorang guru dapat melakukan penelitian sendiri terhadap masalah yang dihadapi para siswa dikelasnya dan bagaimana praktek pembelajaran yang dilakukan dikelas tersebut. (5) Guru dapat meneliti aspek interaksi antara guru dengan peserta didik dalam pembelajaran atau antara siswa dengan siswa. Dengan demikian guru diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan dikelas. Guru dapat meningkatkan proses dan praktek pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas sebaiknya dilakukan tanpa mengganggu proses belajar mengajar dikelas untuk itu pelaksanaan penelitian ini bersamaan dengan pokok bahasan yang sdang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Guru dapat meneliti permasalah apa yang muncul dikelasnya dan dicarikan solusi dan cara-cara pemecahan masalah tersebut. Guru dapat melihat produk pembelajaran secara reflektif dikelas, dengan demikian guru dapat memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan selama ini.
B. Karakteristi PTK
Karakteristik penelitian tindakan kelas antara lain: menurut Hopkins, PTK memiliki karateristik:
a. Memperbaiki proses pembelajaran dari dalam (an inquiry on practice from withim).
b. Usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort betmeen scholl teachers and teachers educators).
c. Bersifat fleksibel (a reflective practice made public).
Menurut Sulipan (2007), karakteristik PTK adalah:
(1) PTK didasarkan atas masalah yang dihadapi oleh guru dalampembelajaran.
(2) Dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama dengan pihak lain (guru lain).
(3) Peneliti sekaligus praktisi (pengajar) yang melakukan refleksi,
(4) Memecahkan masalah untukmeningkatkan mutu pembelajaran.
(5) Dilakukan dalam rangkaian beberapa siklus, dan tindakannya meliputi efektivitas metode atau proses pembelajaran (perencanaan,pelaksanaan, dan penilaian).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karateristik PTK adalah:
(a) Dipicu oleh permasalahan praktis yang dihayati guru dalam pembelajaran di kelas.
(b) Bersifat practice driven dan action driven, dalam arti PTK memperbaiki secara praktis, langsung, disini, dan sekarang, atau sering disebut dengan penelitian praktis (practical inquiry).
(c) Berpusat pada permasalahan spesifik konstekstual.
(d) Peran tim ahli (dosen) pada tahap awal adalah menjadi sounding board (pemantul gagasan) bagi guru yang menghadapi masalahan dalam pelaksanaan tugasnya..
(e) Diselenggarakan secara colaboratif, ciri kolaboratif adalah sebagai kerja sama guru sejawat dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan PTK, mungkin bisa titambahkan tim ahli.
(f) Dilaksanakan berdasarkan system siklus minimal dua siklus.
(g) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran
(h) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; dan dilaksnakan dalam rangkaian langkah dari beberapa siklus.
C. Prinsip-Prinsip PTK
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas, secara sederhana marilah kita pahami trlebih dahulu prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas agar di dalam menerapkanya dapat berjalan baik. Adapun beberapa prinsip penelitian tindakan kelas antara lain sebagai berikut;
a. SWOT sebagai dasar berpijak artinya penelitian tindakan kelas harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT yang terdiri atas Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (ancaman). Dengan berpijak dari keempat hal tersebut maka penelitian dapat dilaksanakan asal ada kesesuaian anatar guru dengan siswanya.
b. Ikuti Prinsip SMART dalam perencanaan. Smart disini berupa singakatan yang terdiri dari unsur; Spesifik (khusus), Managable (dapat dilaksanakan), Acceptable (dapat diterima lingkungan), Realistic (operasional), dan Time-bound (terencana). Unsur acceptaable yang sangat penting karena terkait dengan subjek yang dikenai tindakan, atau siswa diminta melakukan suatu tindakan sebagaimana perintah gurunya. Oleh karena itu seyogyanya siswa dilibatkan atau diajak bicara apa yang akan siswa lakukan agar hasilnya optimal bukan karena keterpakasaan.
c. Kegiatan nyata dalam situasi rutin, artinya penelitian tindakan kelas tidak perlu mengada-ada, mengubah menjadi situasi khusus, atau bahkan sampai mengubah jadwal pelajaran. Dengan demikian apabila guru akan mengadakan tindakan kelas lagi maka tidak perlu susah payah membuat jadwal lagi.
Menurut Sulipan (2007) prinsip-prinsip PTK adalah:
(1) Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
(2) Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan.
(3) Metodologi yang digunakan harus fleksibel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara menyakinkan.
(4) Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi.
(5) Dalam penyelenggaraan penelitian,guru harus memperhatikan etika profesionalisme guru.
(6) Meskipun tindakan dilakukan di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh.
(7) Tidak mengenal populasi dan sampel.
(8) Tidak mengenal eksperimen dan control.
(9) Tidak untuk digeneralisasikan.
Kardiawarman (2007) mengemukakan tiga prinsip PTK:
(a) Tidak mengganggu komitmen guru mengajar.
(b) Tidak menuntut waktu yang khusus.
(c) Masalah yang diteliti harus merupakan masalah yang dihadapi.
D. Tujuan PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang sangat setrategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang wajib diselenggarakan dalam kantek pembelajaran dikelas dan dalam rangka peningkatan program sekolah secara menyeluruh. Hal ini dapat dilaksanakan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
a. Untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan, terencana dan terarah. Tujuan ini melekat pada diri setiap guru dalam menunaikan tugas utamanya yakni mendidik anak-anak bangsa agar menjadi insan yang berkualitas.
b. Memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran.
c. Peningkatan layanan profesional guru dalam menangani permasalahan pembelajaran.
Natawidjaya (1977) mengemukakan tujuan PTK adalah:
(1) Untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran.
(2) Untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif.
(3) Untuk melaksanakan program pelatihan dalam jabatan guru.
(4) Untuk memasukkan unsur-unsur inovasi pembelajaran
(5) Untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi pendidikan dengan para peneliti akademis.
(6) Untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang ada hubungannya dengan sekolah.
E. Manfaat PTK
Apabila tujuan-tujuan tersebut di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh sekurang-kurangnya 4 (empat) manfaat dari pelaksanaan PTK, antara lain;
a. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran.
b. Guru dapat meningkatkan kemempuan reflektif dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi.
c. Guru akan terlatih untuk mengembangkan secara kreatif kurikulum sekolah.
d. Kemempuan reflektif guru serta keterlibatan guru dalam upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesioanalsme guru.
Manfaat PTK yang lain adalah:
(1) Sebagai bentuk inovasi pembelajaran, pembelajaran yang aktif, menyenangkan siswanya.
(2) Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah.
(3) Peningkatan profesionalisme guru.
F. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran (improvement instructional-oriented), yaitu merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi kependidikan dengan maksud untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode Alur, menurut Kemmis dan McTaggart alur penelitian tindakan kelas pada intinya akan mengidentifikasi perkembangan dan perubahan kemampuan subyek setelah subyek diberikan perlakuan khusus atau dikondisikan dalam kurun waktu tertentu, berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil. Perlakuan-perlakuan tersebut setelah selesai diberikan, kemudian diukur efeknya terhadap tujuan yang diinginkan dari penggunaan perlakuan tersebut, seperti peningkatan kecakapan keterampilan personal (Personal life skills), keterampilan emosional (emosional life skills), maupun peningkatan keterampilan sosial (social life skills) serta keterampilan intelektual yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Alur penelitian ini digambarkan dengan dua contoh diagram, menurut Kemmis dan McTagart, sebagai berikut:
Materi Inovasi Pembelajaran 2
Materi Kelompok B . MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajara
Akhmat Sudrajat (2008) dalam wordpress.com menjelaskan bahwa banyak istilah yang sama maknanya dengan model pembelajaran, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
1. Pendekatan Pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: (1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. (2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. (3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. (4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
2. Strategi Pembelajaran.
Wina Senjaya, (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalamDitinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk meng- implementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” Wina Senjaya (2008).
3. Metode Pembelajaran
Berdasarkan uraian strategi pembelajaran tersebut di atas maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk meng-implementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) Tanya jawab (3) demonstrasi; (4) diskusi; (5) problemsolving. (7) simulasi; (8) laboratorium; (9) pengalaman lapangan; (10) brainstorming; (11) debat, (12) simposium, dan sebagainya.
4. Teknik Pembelajaran.
Berdasarkan pengertian metode pembelajaran di atas, selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
B. Model-Model Pembelajaran
Guru adalah jabatan dan pekerja profesioal, indikator untuk mengukur keprofesionalan adalah jika kelas yang diasuh menjadi “surganya siswa untuk belajar”, atau “kehadiran seorang sebagai guru di kelas selalu dinantikan siswa”. (Sugiyanto, 2008: 5). Sudahkah pembelajaran kita mencapai kondisi yang demikian? Selain tugas profesional tersebut guru juga harus berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan evaluator. Jika peran ini dijalankan dengan baik dan benar maka usaha memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kearah pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Insya Allah dapat dicapai. Perlu diingat bahwa kemampuan menerapkan pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan model pembelajaran yang inovatif. Joyce dan Weil (1986) menjelaskan bahwa hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara belajar bagaimana belajar.
Banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha meningkatkan kualitas guru, diantaranya adalah:
1. Model Pembelajaran Kontektual.
2. Model Pembelajaran Quantum.
3. Model Pembelajaran Terpadu.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kontektual
Model Pembelajaran Konstekstual (Constextual Teaching and Learning) sering disingkat dengan istilah CTL. Howey (dalam Reese, 2002) mengutip definisi pengajaran kontekstual dari Office of Vocational and Adult Education sebagai pengajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya siswa memanfaatkan pemahaman dan keterampilan akademiknya dalam konteks yang bervariasi baik dalam sekolah maupun diluar sekolah untuk memecahkan situasi atau masalah dunia nyata, baik sendiri maupun secara bersama-sama.
Pembelajaran kontekstual memiliki karateristik, menurut Masnur Muslich (2007) karakteristik pembelajaran kontekstual adalah:
a. Learning in real life setting, yakni pembelajaran yang diarahkan ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau dalam lingkungan yang alamiah.
b. Meaningful learning, yakni pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
c. Learning by doing, yakni pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Learning in a group, yakni pembelajaran yang dilaksanakan melalui kerja kelompok.
e. Learning to ask, to inquiry, to work together, yakni pembelajaran yang dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama.
f. Learning as an enjoy activity, yakni pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Menurut Nurhadi (2002) pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen pendekatan, yaitu: (1) Constructivism (Konstruktivisme), (2) Inquiry (Menemukan), (3) Questioning (Bertanya), (4) Learning Community (Masyarakat Belajar), (5) Modelling (Pemodelan) (6) Reflection (Refleksi), (7) Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya). Penjelasan dari ketujuh komponen tersebut di atas menurut Harta (2009: 41) adalah sebagai berikut;
1. Constructivism (Konstruktivisme)
Konstruktivisme adalah suatu pembelajaran yang menekankan terbentuknya pemahaman siswa secara aktif, kreaktif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
2. Inquiry (Menemukan).
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual yang diawali dengan pengamatan terhadap fenomena, yang dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Siklus inkuiri dimulai dari observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data, dan penyimpanan.
3. Quistioning (Bertanya).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi pokok dalam pembelajaran yang berbasis kontektual. Strategi ini dipandang sebagai upaya guru yang dapat membantu siswa untuk mengetahui sesuatu, memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Sehingga penggalian informasi menjadi lebih efektif, terjadinya pemantapan pemahaman lewat diskusi., bagi guru bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Learning Communit (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu hasil belajar bisa diperoleh dengan berbagai antar teman, antar kelompok, antar yang tahu kepada yang belum tahu, baik di dalam maupun diluar kelas. Adapun prinsipnya adalah hasil belajar yang diperoleh dari kerja-sama, sharing terjadi antara pihak yang memberi dan menerima, adanya kesadaran akan manfaat dari pengetahuan yang mereka dapat.
5. Modelling (Pemodelan)
Maksud dari pemodelan dalam pembelajaran kontektual bahwa pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru oleh siswa. Misalnya cara menggunakan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan, Cara semacam ini akan lebih cepat dipahami oleh siswa. Adapun prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru adalah contoh yang bisa ditiru , contoh yang dapat diperoleh langsung dari ahli yang berkompeten.
6. Reflection (Refleksi)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa-apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa lalau. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya adalah pengayaan dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Adapun prinsip dalam penerapannya adalah perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh respon atas kejadian atau penyampaian penilaian atas pengetahuan yang baru diterima.
7. Authentic Assessmen (Penilaian Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sehingga penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapun penerapannya adalah untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, penilaian dilakukan secara komprehensif antara penilaian proses dan hasil, guru menjadi penilai yang konstruktif , memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan penilaian diri.
2. Model Pembelajaran Kuantum
Model ini disajikan sebagai salah satu strategi yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning). Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Penggagas model ini De Porter dalam Quantum Learning (1999: 16) ia menjelaskan bahwa Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dengan teori keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori, seperti; Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune, Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik, Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol, Belajar dengan simulusi/permainan.
Ada beberapa karakteristik umum, menurut De Porter dalam Sugiyanto (2008: 11) yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum;
1. Berpangkal pada psikologi kognitif.
2. Lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
3. Lebih bersifat kontruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau naturasionistis.
4. Memadukan menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
5. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
6. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifialan atau keadaan yang dibuat-buat.
8. Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
9. Memadukan konteks dan isi pembelajaran.
10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.
11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting prosespembelajaran.
12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu penting disajikan, karena dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Strandar Isi, IPS dan IPA merupakan mata pelajaran di SMP yangharus disajikan secara terpadu, namun penerapan model pembalajaran terpadu tersebut menemui banyak hambatan dilapangan karena memberikan beban berat bagi guru IPS dan IPA. Hal ini disebabkan: (1) Semua guru IPS dan IPA di SMP tidak ada yang berlatar belakang Pendidikan IPS/IPA tetapi hanya berlatar belakang salah satu pendidikan IPS/IPAyaitu; (sarjana pendidikan sejarah, sarjana pendidikan ekonomi, dan sarjana pendidikan geografi, sarjana pendidikan fisika, sarjana pendidikan biologi, sarjana pendidikan kimia), sehingga materi ajar yang dikuasai guru hanyalah materi salah satu dari rumpun IPS/IPA tersebut. (2) Selama kuliah para guru belum diajarkan mengemas bahan ajar dengan model terpadu.
Model pembelajaran terpadu menurut Ujang Sukamdi dkk (2001: 3) pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Menurut Anitah (2003: 16-17) pembelajaran terpadu mempunyai banyak keuntungan dan kelebihan:
1. Dapat meningkatkan kedalaman dan keluasan dalam belajar.
2. Memberikan kesadaran metakognitif kepada pebelajar.
3. Memudahkan pebelajar untuk memahami alasan mengerjakan sesuatu yang dikerjakan.
4. Hubungan antara isi dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas.
5. Tansfer konsep antar isi bidang studi lebih baik.
4. Model PBL (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Pembelajaran ini bermula dari suatu program inovasi yang dikembangkan di Kanada oleh Fakultas Kedokteran Universitas McMaster berdasarkan kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam praktek sehari-hari.
Pembelajaran ini menjelaskan bahwa suatu teknik pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan berlatih memecahkan masalah yang kemudian siswa memperoleh ilmu pengetahuan. Barrow (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini merupakan proses yang aktif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual. Wilkerson dan Gijselaers (1996) menambahkan pembelajaran berbasis masalah ini berpusat pada siswa (students centered), peran guru sebagai fasilitator, dan tersedianya soal terbuka (open ended question) yang digunakan untuk memusatkan perhatian awal untuk belajar.
Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL atau PBM yang utama, yaitu:
1. Orientasi tentang permasalahan.
2. Mengorganisasikan diri untuk meneliti.
3. Investigasi mandiri dan kelompok
4. Pengembangan ide dan mempresentasikan laporan hasil penyelidikan.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Banyaknya model pembelajaran tersebut tidaklah berarti semau guru menerapkan semua model untuk setiap bidang studi, karena tidak semua model pembelajaran itu cocok untuk setiap pokok bahasan dalam setiap bidang studi. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu;
a. Tujuan yang akan dicapai.
b. Sifat bahan/materi ajar.
c. Kondisi siswa.
d. Ketersediaan sarana prasarana belajar.
Sedangkan Depdiknas (2005) menjelaskan ada 8 prinsip dalam memilih model pembelajaran, yaitu; (a) Berorientasi pada tujuan.
1) Mendorong aktivitas siswa.
2) Memperhatikan aspek individu siswa.
3) Mendorong proses interaksi.
4) Menantang siswa untuk berpikir.
5) Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji.
6) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan.
7) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksilakan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Harta (2009: 45) prinsip dasar pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu teknik yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Lie (2004: 27) dalam Sugiyanto (2008: 10) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat eleman-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu, adalah:
1. Saling ketergantungan positif.
2. Interaksi tatap muka.
3. Akuntabilitas individu.
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Ada lima tahapan dalam Model Pembelajaran Kooperatif, yaitu;
a. Mengklarifikasi tujuan dan estlablishing set.
b. Mempresentasikan informasi/mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
c. Membentuk kerja kelompok belajar.
d. Mengujikan berbagai materi.
e. Memberikan pengakuan.
Model Pembelajaran Kooperatif ini dikembangkan menjadi tujuh model, yaitu: (1) Student Teams Achievement Division (STAD). (2) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC.) (3) Jigsaw. (4) Learning Together. (5) Group Investigation. (6) Cooperative Scripting. (7) Kooperatif modifiksi
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Suatu model kooperatif yang mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individual. Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin (1994) metode ini dilaksanakan dengan mengelompokkan siswa yang beranggotakan 4 siswa perkelompok yang berbeda dalam tingkat kemampuannya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Guru membagi kelas (siswa) menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang heterogin kemampuannya.
b) Guru membagikan topik, lembar kerja akademik kepada tiap-tiap kelompok.
c) Kerja kelompok untuk membahas topik tersebut, anggota kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
d) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah mereka pelajari.
e) Guru memberi skore atas pekerjaan dari siswa.
f) Dan kemudian guru memberi hadiah kepada setiap siswa yang berhasil, sebaliknya guru memberi hukuman yang mendidik kepada yang kurang berhasil, misalnya menyanyi, menghafal surat-surat Al Quran yang pendek.
2) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Suatu model pembelajaran yang komprehenship untuk mengajarkan membaca dan menulis di kelas-kelas atas, para siswa bekerja dalam bebarapa tim yang beranggotakan empat siswa. Stevens & Slavin (1995) dalam Harta (2009: 54) menjelaskan bahwa CIRC adalah suatu program konprehensif untuk pembelajaran membaca dan menulis di sekolah dasar , terutama untuk kelas 4, 5 dan 6. Adapun gambaran pelaksanaan pembelajaran CIRC antara laian; Para siswa bekerja dalam beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang. Mereka melakukan serangkaian kegiatan satu sama lainnya, termasuk membacakan, memperkirakan kelanjutan cerita naratif, menyimpulkan cerita yang dibaca siswa lain, merespos suatu cerita, berlatih mengeja, menafsirkan, dan kosa kata.
3) Jigsaw
Jigsaw adalah suatu pendekatan kooperatif yang setiap timnya beranggotakan 4-6 siswa yang akan mempelajari bahan pembelajaran yang telah dibagi atas enam bagian, satu bagian untuk satu anggota . Dalam Jigsaw setiap kelompok akan mempelajari materi yang telah dibagi atas enam bagian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok (beberapa tim), tiap kelompok/tim anggotanya terdiri dari 4 -6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; setiap siswa dan kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu menkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam ini disebut “kelompok pakar”. (expert group).
d) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
4) Learning Together
Learning Together adalah suatu pendekatan kooperatif yang setiap kelompok heterogen beranggotakan 4-5 siswa untuk membahas materi secara bersama-sama. Pendekatan kooperatif heterogen yang dikembangkan oleh David Johnson and Roger Johnson (1999) ini menugaskan setiap kelompok bekerja sama untuk membahas suatu materi. Setiap kelompok mengumpulkan hasil pembahasan dan menerima penghargaan berdasarkan apa yang dihasilkan oleh kelompok tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja dan diskusi dalam kelompok tentang seberapa baik mereka bekerja sama.
5) Group Investigation
Menurut Harta (2009: 54) Group Investigation adalah suatu pendekatan kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan teknik inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan bersama dan proyek. Hasil penyelidikan kemudian disajikan kepada seluruh kelas.
Menurut pendapat (Sharan & Sharan, 1992) Group Investigation merupakan rencana organisasi kelas biasa di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan model inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan bersama dan proyek. Dalam model ini, para siswa membentuk sendiri kelompoknya (2 – 6 orang peserta didik). Setelah memilih subtopik dari topik yang sedang dipelajari oleh seluruh kelas, setiap kelompok memecah subtopik tersebut menjadi tugas-tugas individu untuk dilaksanakan dan dilaporkan sebagai bagian dari tugas kelompok. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan temuannya kepada seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya Group Investigation menurut Sugiyanto (2008: 45-46) adalah:
(a) Seleksi topik; Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupunkemampuan akademik.
(b) Merencanakan kerja sama; Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah di atas.
(c) Implementasi; Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
(d) Analisis dan sintesis; Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
(c) Penyajian hasil akhir; Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
(e) Evaluasi selanjutnya; Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.
6) Cooperative Scripting
Suatu pengkajian yang menuntut siswa bekerja berpasangan dan secara bergiliran secara lisan menyimpulkan bagian-bagian yang akan dipelajari. Banyak siswa yang menyukai bersama dengan teman sekelas mendiskusikan materi yang mereka dengar atau pelajari di kelas. Formalisasi latihan dengan teman sebaya ini telah diteliti oleh Dansereau (1985) dan rekan-rekannya. Dalam penelitian ini, para siswa belajar berpasangan dan secara bergilir membuat kesimpulan untuk materi yang dipelajarinya. Sementara seorang siswa menyimpulkan untuk rekannya, siswa lainnya mendengarkan dan mengkoreksi setiap kesalahan atau kekurangannya, jika ada. Kemudian kedua siswa bertukar peran, dengan kegiatan yang sama sehingga semua materi telah dipelajari. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan model ini secara konsisten menemukan bahwa para siswa yang mengikuti model ini jauh melebihi siswa yang menyimpulkan atau membaca sendiri (Newbern, Dansereau, Patterson & Wallace, 1994). Penelitian lain menemukan bahwa siswa yang mengajar lebih tinggi dibandingkan dengan rekannya yang berperan sebagai pendengar (Spurlin, Dansereau, Larson & Brooks, 1984; Fuchs & Fuchs, 1997; King, 1997, 1998).
7) Kooperatif modifiksi
Kooperatif modifikasi dimaksudkan memodifikasi strategi pembelajaran jigsaw yaitu suatu pendekatan kooperatif yang setiap kelompok beranggotakan 4-6 siswa, masing-masing kelompok akan mempelajari topik yang berberda. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
(1) Dosen membagi kelompok, setiap kelompok beranggota 4-8 mhs.
(2) Masing-masing kelompok akan menerima satu topik yang berbeda dengan kelompok lain.
(3) Dosen memberikan menjelaskan topik-topik yang akan didiskusikan secara kelompok.
(4) Pelaksanaan diskusi kelompok tahap I, masing-masing kelompok membahas topiknya.
(5) Setelah selesai, langkah berikutnya, setiap kelompok MENGIRIM anggotnya ke kelompok yang lain (misalnya kelompok A, satu anggota ke kelompok B, satu anggota ke kelompok C, satu anggota ke kelompok D, dan satu anggota ke kelompok E), dan seterusnya diikuti kelompok yang lain.
(6) Anggota kelompok yang berkunjung disebut (tamu) dan kelompok yang dikunjungi disebut (tuan rumah).
(7) Tamu-tamu tersebut secara bergantian menjelaskan hasil diskusi dari kelompoknya, giliran terakhir tuan rumah menjelaskan hasil diskusinya kepada keempat tamunya tersebut.
(8) Pelaksanaan diskusi kelompok tahap II.
(9) Setelah selesai, anggota kelompok sebagai tamu tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing.
(10) Dosen memberikan komentar hal-hal yang dianggap perlu.
(11) Dosen memberikan penjelasan-penjelasan: diskusi hari ini selesai, dan akan dilanjutkan minggu yang akan datang.
(12) Tugas kelompok, dalam minggu ini masing-masing kelompok menyempurnakan hasil diskusi hari ini, minggu depan dikumpulkan.
(13) Dosen meminta agar mahasiswa menertibkan kembali tempat duduknya.
(14) Memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pos-test, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran hari ini
(15) Memberikan saran-saran agar mahasiswa mempelajari dan mengembangkan materi hari ini.
(16) Menutup perkuliahan Wassalamu ’alaikum w. w
A. Pengertian Model Pembelajara
Akhmat Sudrajat (2008) dalam wordpress.com menjelaskan bahwa banyak istilah yang sama maknanya dengan model pembelajaran, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
1. Pendekatan Pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan, selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: (1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. (2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. (3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. (4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
2. Strategi Pembelajaran.
Wina Senjaya, (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalamDitinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk meng- implementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” Wina Senjaya (2008).
3. Metode Pembelajaran
Berdasarkan uraian strategi pembelajaran tersebut di atas maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk meng-implementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) Tanya jawab (3) demonstrasi; (4) diskusi; (5) problemsolving. (7) simulasi; (8) laboratorium; (9) pengalaman lapangan; (10) brainstorming; (11) debat, (12) simposium, dan sebagainya.
4. Teknik Pembelajaran.
Berdasarkan pengertian metode pembelajaran di atas, selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
B. Model-Model Pembelajaran
Guru adalah jabatan dan pekerja profesioal, indikator untuk mengukur keprofesionalan adalah jika kelas yang diasuh menjadi “surganya siswa untuk belajar”, atau “kehadiran seorang sebagai guru di kelas selalu dinantikan siswa”. (Sugiyanto, 2008: 5). Sudahkah pembelajaran kita mencapai kondisi yang demikian? Selain tugas profesional tersebut guru juga harus berperan sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator dan evaluator. Jika peran ini dijalankan dengan baik dan benar maka usaha memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal kearah pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) Insya Allah dapat dicapai. Perlu diingat bahwa kemampuan menerapkan pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan model pembelajaran yang inovatif. Joyce dan Weil (1986) menjelaskan bahwa hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara belajar bagaimana belajar.
Banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha meningkatkan kualitas guru, diantaranya adalah:
1. Model Pembelajaran Kontektual.
2. Model Pembelajaran Quantum.
3. Model Pembelajaran Terpadu.
4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kontektual
Model Pembelajaran Konstekstual (Constextual Teaching and Learning) sering disingkat dengan istilah CTL. Howey (dalam Reese, 2002) mengutip definisi pengajaran kontekstual dari Office of Vocational and Adult Education sebagai pengajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya siswa memanfaatkan pemahaman dan keterampilan akademiknya dalam konteks yang bervariasi baik dalam sekolah maupun diluar sekolah untuk memecahkan situasi atau masalah dunia nyata, baik sendiri maupun secara bersama-sama.
Pembelajaran kontekstual memiliki karateristik, menurut Masnur Muslich (2007) karakteristik pembelajaran kontekstual adalah:
a. Learning in real life setting, yakni pembelajaran yang diarahkan ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau dalam lingkungan yang alamiah.
b. Meaningful learning, yakni pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
c. Learning by doing, yakni pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
d. Learning in a group, yakni pembelajaran yang dilaksanakan melalui kerja kelompok.
e. Learning to ask, to inquiry, to work together, yakni pembelajaran yang dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama.
f. Learning as an enjoy activity, yakni pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Menurut Nurhadi (2002) pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen pendekatan, yaitu: (1) Constructivism (Konstruktivisme), (2) Inquiry (Menemukan), (3) Questioning (Bertanya), (4) Learning Community (Masyarakat Belajar), (5) Modelling (Pemodelan) (6) Reflection (Refleksi), (7) Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya). Penjelasan dari ketujuh komponen tersebut di atas menurut Harta (2009: 41) adalah sebagai berikut;
1. Constructivism (Konstruktivisme)
Konstruktivisme adalah suatu pembelajaran yang menekankan terbentuknya pemahaman siswa secara aktif, kreaktif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
2. Inquiry (Menemukan).
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual yang diawali dengan pengamatan terhadap fenomena, yang dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Siklus inkuiri dimulai dari observasi, bertanya, hipotesis, pengumpulan data, dan penyimpanan.
3. Quistioning (Bertanya).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi pokok dalam pembelajaran yang berbasis kontektual. Strategi ini dipandang sebagai upaya guru yang dapat membantu siswa untuk mengetahui sesuatu, memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. Sehingga penggalian informasi menjadi lebih efektif, terjadinya pemantapan pemahaman lewat diskusi., bagi guru bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4. Learning Communit (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu hasil belajar bisa diperoleh dengan berbagai antar teman, antar kelompok, antar yang tahu kepada yang belum tahu, baik di dalam maupun diluar kelas. Adapun prinsipnya adalah hasil belajar yang diperoleh dari kerja-sama, sharing terjadi antara pihak yang memberi dan menerima, adanya kesadaran akan manfaat dari pengetahuan yang mereka dapat.
5. Modelling (Pemodelan)
Maksud dari pemodelan dalam pembelajaran kontektual bahwa pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru oleh siswa. Misalnya cara menggunakan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan, Cara semacam ini akan lebih cepat dipahami oleh siswa. Adapun prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru adalah contoh yang bisa ditiru , contoh yang dapat diperoleh langsung dari ahli yang berkompeten.
6. Reflection (Refleksi)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa-apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan pada masa lalau. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya adalah pengayaan dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Adapun prinsip dalam penerapannya adalah perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh respon atas kejadian atau penyampaian penilaian atas pengetahuan yang baru diterima.
7. Authentic Assessmen (Penilaian Sebenarnya)
Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Sehingga penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapun penerapannya adalah untuk mengetahui perkembangan belajar siswa, penilaian dilakukan secara komprehensif antara penilaian proses dan hasil, guru menjadi penilai yang konstruktif , memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan penilaian diri.
2. Model Pembelajaran Kuantum
Model ini disajikan sebagai salah satu strategi yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning). Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Penggagas model ini De Porter dalam Quantum Learning (1999: 16) ia menjelaskan bahwa Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dengan teori keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori, seperti; Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune, Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik, Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol, Belajar dengan simulusi/permainan.
Ada beberapa karakteristik umum, menurut De Porter dalam Sugiyanto (2008: 11) yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum;
1. Berpangkal pada psikologi kognitif.
2. Lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian.
3. Lebih bersifat kontruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau naturasionistis.
4. Memadukan menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
5. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
6. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifialan atau keadaan yang dibuat-buat.
8. Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
9. Memadukan konteks dan isi pembelajaran.
10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.
11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting prosespembelajaran.
12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Terpadu
Model pembelajaran terpadu penting disajikan, karena dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Strandar Isi, IPS dan IPA merupakan mata pelajaran di SMP yangharus disajikan secara terpadu, namun penerapan model pembalajaran terpadu tersebut menemui banyak hambatan dilapangan karena memberikan beban berat bagi guru IPS dan IPA. Hal ini disebabkan: (1) Semua guru IPS dan IPA di SMP tidak ada yang berlatar belakang Pendidikan IPS/IPA tetapi hanya berlatar belakang salah satu pendidikan IPS/IPAyaitu; (sarjana pendidikan sejarah, sarjana pendidikan ekonomi, dan sarjana pendidikan geografi, sarjana pendidikan fisika, sarjana pendidikan biologi, sarjana pendidikan kimia), sehingga materi ajar yang dikuasai guru hanyalah materi salah satu dari rumpun IPS/IPA tersebut. (2) Selama kuliah para guru belum diajarkan mengemas bahan ajar dengan model terpadu.
Model pembelajaran terpadu menurut Ujang Sukamdi dkk (2001: 3) pengajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Menurut Anitah (2003: 16-17) pembelajaran terpadu mempunyai banyak keuntungan dan kelebihan:
1. Dapat meningkatkan kedalaman dan keluasan dalam belajar.
2. Memberikan kesadaran metakognitif kepada pebelajar.
3. Memudahkan pebelajar untuk memahami alasan mengerjakan sesuatu yang dikerjakan.
4. Hubungan antara isi dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas.
5. Tansfer konsep antar isi bidang studi lebih baik.
4. Model PBL (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Pembelajaran ini bermula dari suatu program inovasi yang dikembangkan di Kanada oleh Fakultas Kedokteran Universitas McMaster berdasarkan kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam praktek sehari-hari.
Pembelajaran ini menjelaskan bahwa suatu teknik pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan berlatih memecahkan masalah yang kemudian siswa memperoleh ilmu pengetahuan. Barrow (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah ini merupakan proses yang aktif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual. Wilkerson dan Gijselaers (1996) menambahkan pembelajaran berbasis masalah ini berpusat pada siswa (students centered), peran guru sebagai fasilitator, dan tersedianya soal terbuka (open ended question) yang digunakan untuk memusatkan perhatian awal untuk belajar.
Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL atau PBM yang utama, yaitu:
1. Orientasi tentang permasalahan.
2. Mengorganisasikan diri untuk meneliti.
3. Investigasi mandiri dan kelompok
4. Pengembangan ide dan mempresentasikan laporan hasil penyelidikan.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Banyaknya model pembelajaran tersebut tidaklah berarti semau guru menerapkan semua model untuk setiap bidang studi, karena tidak semua model pembelajaran itu cocok untuk setiap pokok bahasan dalam setiap bidang studi. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu;
a. Tujuan yang akan dicapai.
b. Sifat bahan/materi ajar.
c. Kondisi siswa.
d. Ketersediaan sarana prasarana belajar.
Sedangkan Depdiknas (2005) menjelaskan ada 8 prinsip dalam memilih model pembelajaran, yaitu; (a) Berorientasi pada tujuan.
1) Mendorong aktivitas siswa.
2) Memperhatikan aspek individu siswa.
3) Mendorong proses interaksi.
4) Menantang siswa untuk berpikir.
5) Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji.
6) Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan.
7) Mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut.
5. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksilakan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Harta (2009: 45) prinsip dasar pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif, hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suatu teknik yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Lie (2004: 27) dalam Sugiyanto (2008: 10) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat eleman-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu, adalah:
1. Saling ketergantungan positif.
2. Interaksi tatap muka.
3. Akuntabilitas individu.
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Ada lima tahapan dalam Model Pembelajaran Kooperatif, yaitu;
a. Mengklarifikasi tujuan dan estlablishing set.
b. Mempresentasikan informasi/mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
c. Membentuk kerja kelompok belajar.
d. Mengujikan berbagai materi.
e. Memberikan pengakuan.
Model Pembelajaran Kooperatif ini dikembangkan menjadi tujuh model, yaitu: (1) Student Teams Achievement Division (STAD). (2) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC.) (3) Jigsaw. (4) Learning Together. (5) Group Investigation. (6) Cooperative Scripting. (7) Kooperatif modifiksi
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Suatu model kooperatif yang mengelompokkan berbagai tingkat kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individual. Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin (1994) metode ini dilaksanakan dengan mengelompokkan siswa yang beranggotakan 4 siswa perkelompok yang berbeda dalam tingkat kemampuannya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Guru membagi kelas (siswa) menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang heterogin kemampuannya.
b) Guru membagikan topik, lembar kerja akademik kepada tiap-tiap kelompok.
c) Kerja kelompok untuk membahas topik tersebut, anggota kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
d) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah mereka pelajari.
e) Guru memberi skore atas pekerjaan dari siswa.
f) Dan kemudian guru memberi hadiah kepada setiap siswa yang berhasil, sebaliknya guru memberi hukuman yang mendidik kepada yang kurang berhasil, misalnya menyanyi, menghafal surat-surat Al Quran yang pendek.
2) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Suatu model pembelajaran yang komprehenship untuk mengajarkan membaca dan menulis di kelas-kelas atas, para siswa bekerja dalam bebarapa tim yang beranggotakan empat siswa. Stevens & Slavin (1995) dalam Harta (2009: 54) menjelaskan bahwa CIRC adalah suatu program konprehensif untuk pembelajaran membaca dan menulis di sekolah dasar , terutama untuk kelas 4, 5 dan 6. Adapun gambaran pelaksanaan pembelajaran CIRC antara laian; Para siswa bekerja dalam beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan empat orang. Mereka melakukan serangkaian kegiatan satu sama lainnya, termasuk membacakan, memperkirakan kelanjutan cerita naratif, menyimpulkan cerita yang dibaca siswa lain, merespos suatu cerita, berlatih mengeja, menafsirkan, dan kosa kata.
3) Jigsaw
Jigsaw adalah suatu pendekatan kooperatif yang setiap timnya beranggotakan 4-6 siswa yang akan mempelajari bahan pembelajaran yang telah dibagi atas enam bagian, satu bagian untuk satu anggota . Dalam Jigsaw setiap kelompok akan mempelajari materi yang telah dibagi atas enam bagian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok (beberapa tim), tiap kelompok/tim anggotanya terdiri dari 4 -6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
b) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; setiap siswa dan kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu menkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam ini disebut “kelompok pakar”. (expert group).
d) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
4) Learning Together
Learning Together adalah suatu pendekatan kooperatif yang setiap kelompok heterogen beranggotakan 4-5 siswa untuk membahas materi secara bersama-sama. Pendekatan kooperatif heterogen yang dikembangkan oleh David Johnson and Roger Johnson (1999) ini menugaskan setiap kelompok bekerja sama untuk membahas suatu materi. Setiap kelompok mengumpulkan hasil pembahasan dan menerima penghargaan berdasarkan apa yang dihasilkan oleh kelompok tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja dan diskusi dalam kelompok tentang seberapa baik mereka bekerja sama.
5) Group Investigation
Menurut Harta (2009: 54) Group Investigation adalah suatu pendekatan kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan teknik inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan bersama dan proyek. Hasil penyelidikan kemudian disajikan kepada seluruh kelas.
Menurut pendapat (Sharan & Sharan, 1992) Group Investigation merupakan rencana organisasi kelas biasa di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan model inkuiri, diskusi kelompok, dan perencanaan bersama dan proyek. Dalam model ini, para siswa membentuk sendiri kelompoknya (2 – 6 orang peserta didik). Setelah memilih subtopik dari topik yang sedang dipelajari oleh seluruh kelas, setiap kelompok memecah subtopik tersebut menjadi tugas-tugas individu untuk dilaksanakan dan dilaporkan sebagai bagian dari tugas kelompok. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan temuannya kepada seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya Group Investigation menurut Sugiyanto (2008: 45-46) adalah:
(a) Seleksi topik; Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupunkemampuan akademik.
(b) Merencanakan kerja sama; Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah di atas.
(c) Implementasi; Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
(d) Analisis dan sintesis; Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
(c) Penyajian hasil akhir; Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
(e) Evaluasi selanjutnya; Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.
6) Cooperative Scripting
Suatu pengkajian yang menuntut siswa bekerja berpasangan dan secara bergiliran secara lisan menyimpulkan bagian-bagian yang akan dipelajari. Banyak siswa yang menyukai bersama dengan teman sekelas mendiskusikan materi yang mereka dengar atau pelajari di kelas. Formalisasi latihan dengan teman sebaya ini telah diteliti oleh Dansereau (1985) dan rekan-rekannya. Dalam penelitian ini, para siswa belajar berpasangan dan secara bergilir membuat kesimpulan untuk materi yang dipelajarinya. Sementara seorang siswa menyimpulkan untuk rekannya, siswa lainnya mendengarkan dan mengkoreksi setiap kesalahan atau kekurangannya, jika ada. Kemudian kedua siswa bertukar peran, dengan kegiatan yang sama sehingga semua materi telah dipelajari. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan model ini secara konsisten menemukan bahwa para siswa yang mengikuti model ini jauh melebihi siswa yang menyimpulkan atau membaca sendiri (Newbern, Dansereau, Patterson & Wallace, 1994). Penelitian lain menemukan bahwa siswa yang mengajar lebih tinggi dibandingkan dengan rekannya yang berperan sebagai pendengar (Spurlin, Dansereau, Larson & Brooks, 1984; Fuchs & Fuchs, 1997; King, 1997, 1998).
7) Kooperatif modifiksi
Kooperatif modifikasi dimaksudkan memodifikasi strategi pembelajaran jigsaw yaitu suatu pendekatan kooperatif yang setiap kelompok beranggotakan 4-6 siswa, masing-masing kelompok akan mempelajari topik yang berberda. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
(1) Dosen membagi kelompok, setiap kelompok beranggota 4-8 mhs.
(2) Masing-masing kelompok akan menerima satu topik yang berbeda dengan kelompok lain.
(3) Dosen memberikan menjelaskan topik-topik yang akan didiskusikan secara kelompok.
(4) Pelaksanaan diskusi kelompok tahap I, masing-masing kelompok membahas topiknya.
(5) Setelah selesai, langkah berikutnya, setiap kelompok MENGIRIM anggotnya ke kelompok yang lain (misalnya kelompok A, satu anggota ke kelompok B, satu anggota ke kelompok C, satu anggota ke kelompok D, dan satu anggota ke kelompok E), dan seterusnya diikuti kelompok yang lain.
(6) Anggota kelompok yang berkunjung disebut (tamu) dan kelompok yang dikunjungi disebut (tuan rumah).
(7) Tamu-tamu tersebut secara bergantian menjelaskan hasil diskusi dari kelompoknya, giliran terakhir tuan rumah menjelaskan hasil diskusinya kepada keempat tamunya tersebut.
(8) Pelaksanaan diskusi kelompok tahap II.
(9) Setelah selesai, anggota kelompok sebagai tamu tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing.
(10) Dosen memberikan komentar hal-hal yang dianggap perlu.
(11) Dosen memberikan penjelasan-penjelasan: diskusi hari ini selesai, dan akan dilanjutkan minggu yang akan datang.
(12) Tugas kelompok, dalam minggu ini masing-masing kelompok menyempurnakan hasil diskusi hari ini, minggu depan dikumpulkan.
(13) Dosen meminta agar mahasiswa menertibkan kembali tempat duduknya.
(14) Memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pos-test, untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran hari ini
(15) Memberikan saran-saran agar mahasiswa mempelajari dan mengembangkan materi hari ini.
(16) Menutup perkuliahan Wassalamu ’alaikum w. w
Materi Inovasi Pembelajaran
Materi Kelompok A. INOVASI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Inovasi
Ketika mendengar kata inovasi, yang muncul di benak kita barangkali sesuatu yang baru, unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan yang menarik itu pada akhirnya membawa kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya tidak salah, dalam arti manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yang “ baru “ atau “ lain “ dari biasanya. Begitu pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran melibatkan manusia (siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi. Secara epistemologi, inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana. ( Fuad Ihsan, 2003 : 191 )
Menurut Suprayekti ( 2004 : 2 ), inovasi adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Hera Lestari Mikarsa ( 2007 : 73 ), ada dua istilah yang berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri. Namun demikian, pendidikan kepribadian saja kurang lengkap. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agar dapat bekerja, berproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, kedua istilah tersebut hendaknya tidak dipertentangkan melainkan perlu dipadukan dalam suatu sistem proses yang lazim disebut pengajaran.
Menurut Oemar Hamalik, 1999 (dalam Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 73 ) dalam pengajaran, perumusan tujuan merupakan hal yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan agar dapat dikontrol sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Itulah sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap, yakni : a) Tahap analisis untuk menentukan dan merumuskan tujuan, b) Tahap sintesis, yaitu tahap perencanaan proses yang akan ditempuh, c) Tahap evaluasi untuk menilai tahap pertama dan kedua.
Makna pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material yang meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya. (Oemar Hamalik, 1999, dalam Hera Lestari Mikarsa 2007 : 7.3 )
Rumusan makna pembelajaran tersebut mengandung isyarat bahwa proses pembelajaran tidak terbatas dilaksanakan dalam ruangan saja, melainkan dapat dilaksanakan disembarang tempat dengan cara membaca buku, informasi melalui film, surat kabar, televisi, internet tergantung kepada organisasi dan interaksi berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.
3. Inovasi Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode.
Dari uraian di atas, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Hasbullah, 2001 (http://penadenikurniawan.co.cc/2009/07/19/inovasi-pembelajaran/) berpendapat bahwa “baru” dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.
4. Alasan Perlunya Inovasi dalam Pembelajaran
Masalah pendidikan kita memang kompleks. Faktor geografis (kondisi alam, penduduk yang sebagian besar tinggal di pedesaan, bahkan terpencil, sehingga sulit dijangkau transportasi) merupakan contoh sebab terjadinya kesenjangan mutu pendidikan antara daerah perkotaan dengan pedesaan/terpencil. Masalah lain diantaranya adalah susahnya akses komunikasi dan informasi di daerah, rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak (karena masalah kesejahteraan hidup), guru yang kurang memadai, serta sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim.
Masalah tersebut dapat terbantu teratasi melalui penggunaan teknologi, khususnya ICT. Sudah saatnya kita harus mulai menggunakan ICT untuk mempercepat pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini dituntut adanya political will dari pemerintah, sehingga bisa tercipta suasana yang kondusif. Melalui ICT, kita dapat melaksanakan pendidikan dengan materi/bahan ajar yang di samping memenuhi standar mutu pemerintah juga tersedia merata dan mudah diakses di seluruh wilayah Indonesia.
Di sisi lain, peserta didik harus diberikan fasilitas untuk kemudahan akses materi/bahan ajar, tanpa harus dibatasi oleh kendala ruang dan waktu, juga kendala sosial ekonomi. Di daerah terpencil yang tidak dapat menerima siaran radio dan televisi, misalnya, pemerintah dapat menyediakan secara cuma-cuma antena parabola untuk akses pendidikan melalui satelit, sehingga mereka dapat belajar melalui siaran radio, TV pendidikan, internet, dan dari modul dan kaset audio/video (e-Learning). E-Learning perlu untuk digalakkan mengingat dari beberapa survey di internet menunjukkan bahwa e-Learning terbukti mampu meningkatkan mutu pendidikan dibanding cara-cara konvensional.
Semua itu harus dilakukan secara sinergi oleh beberapa pihak terkait. Pemerintah pusat sebagai motor penggerak, diharapkan akan mampu untuk melibatkan pihak swasta dan Pemerintah Daerah, untuk dapat terlaksananya pendidikan yang bermutu, tersebar merata ke seluruh wilayah Indonesia (mudah diperoleh) dan murah (terjangkau). Pendidikan yang maju dan tersebar merata serta mudah diakses akan mampu meningkatkan mutu SDM yang pada gilirannya akan mampu memajukan bangsa dan negara Indonesia sekaligus akan meningkatkan kemampuan kita untuk menang bersaing di era global sekarang ini.
5. ICT sebagai Inovasi dalam Pembelajaran.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa inovasi pembelajaran adalah suatu upaya baru dalam pembelajaran yang dilakukan guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Berbagai contoh inovasi yang ada dalam pembelajaran, seperti pendekatan atau strategi) pembelajaran, media pembelajaran, alat peraga pembelajaran, metode pembelajaran, kurikulum, pengelolaan kelas, maupun pembelajaran yang berbasis teknologi atau yang dikenal dengan ICT. Selain itu inovasi pembelajaran juga diarahkan pada model pembinaan guru profesional yaitu lesson study, PTK (Penelitian Tindakan Kelas), micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
Alasan ICT dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran karena adanya kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang selanjutnya merubah konsep pembelajaran dari konvesional (tradisonal) menjadi pembelajaran yang berbasis teknologi, informasi dan komunikasi. Penerapan teknologi informasi ini adalah sebagai sarana untuk mengoptimalkan belajar siswa dengan mengkonstruksi pengetahuan, informasi dan nilai yang dapat dimanfaatkan siswa dalam kehidupan nyata sesuai dengan perkembangan zaman.
6. Kesimpulan
Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang belajar.
Seperti yang telah dipaparkan, pada hakekatnya sifat inovasi itu amat relatif, dalam arti inovasi yang kita lakukan sebenarnya barangkali sudah tidak asing bagi orang lain. Tetapi sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak, maka tidaklah salah apabila terus-menerus melakkukan inovasi dalam pembelajaran.
Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru yang segar dan mencerahkan.
Tanpa didukung kemauan dari guru untuk selalu berinovasi dalam pembelajarannya, maka pembelajaran akan menjenuhkan bagi siswa. Di samping itu, guru tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Inovasi akhirnya menjadi sesuatu yang harus dicoba untuk dilakukan.
1. Pengertian Inovasi
Ketika mendengar kata inovasi, yang muncul di benak kita barangkali sesuatu yang baru, unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan yang menarik itu pada akhirnya membawa kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya tidak salah, dalam arti manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yang “ baru “ atau “ lain “ dari biasanya. Begitu pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran melibatkan manusia (siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi. Secara epistemologi, inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana. ( Fuad Ihsan, 2003 : 191 )
Menurut Suprayekti ( 2004 : 2 ), inovasi adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang atau masyarakat, sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Hera Lestari Mikarsa ( 2007 : 73 ), ada dua istilah yang berkaitan erat dengan pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industri. Namun demikian, pendidikan kepribadian saja kurang lengkap. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agar dapat bekerja, berproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, kedua istilah tersebut hendaknya tidak dipertentangkan melainkan perlu dipadukan dalam suatu sistem proses yang lazim disebut pengajaran.
Menurut Oemar Hamalik, 1999 (dalam Hera Lestari Mikarsa, 2007 : 73 ) dalam pengajaran, perumusan tujuan merupakan hal yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan agar dapat dikontrol sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Itulah sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap, yakni : a) Tahap analisis untuk menentukan dan merumuskan tujuan, b) Tahap sintesis, yaitu tahap perencanaan proses yang akan ditempuh, c) Tahap evaluasi untuk menilai tahap pertama dan kedua.
Makna pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material yang meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape, serta material lainnya. (Oemar Hamalik, 1999, dalam Hera Lestari Mikarsa 2007 : 7.3 )
Rumusan makna pembelajaran tersebut mengandung isyarat bahwa proses pembelajaran tidak terbatas dilaksanakan dalam ruangan saja, melainkan dapat dilaksanakan disembarang tempat dengan cara membaca buku, informasi melalui film, surat kabar, televisi, internet tergantung kepada organisasi dan interaksi berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.
3. Inovasi Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode.
Dari uraian di atas, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Hasbullah, 2001 (http://penadenikurniawan.co.cc/2009/07/19/inovasi-pembelajaran/) berpendapat bahwa “baru” dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.
4. Alasan Perlunya Inovasi dalam Pembelajaran
Masalah pendidikan kita memang kompleks. Faktor geografis (kondisi alam, penduduk yang sebagian besar tinggal di pedesaan, bahkan terpencil, sehingga sulit dijangkau transportasi) merupakan contoh sebab terjadinya kesenjangan mutu pendidikan antara daerah perkotaan dengan pedesaan/terpencil. Masalah lain diantaranya adalah susahnya akses komunikasi dan informasi di daerah, rendahnya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak (karena masalah kesejahteraan hidup), guru yang kurang memadai, serta sarana dan prasarana sekolah yang sangat minim.
Masalah tersebut dapat terbantu teratasi melalui penggunaan teknologi, khususnya ICT. Sudah saatnya kita harus mulai menggunakan ICT untuk mempercepat pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini dituntut adanya political will dari pemerintah, sehingga bisa tercipta suasana yang kondusif. Melalui ICT, kita dapat melaksanakan pendidikan dengan materi/bahan ajar yang di samping memenuhi standar mutu pemerintah juga tersedia merata dan mudah diakses di seluruh wilayah Indonesia.
Di sisi lain, peserta didik harus diberikan fasilitas untuk kemudahan akses materi/bahan ajar, tanpa harus dibatasi oleh kendala ruang dan waktu, juga kendala sosial ekonomi. Di daerah terpencil yang tidak dapat menerima siaran radio dan televisi, misalnya, pemerintah dapat menyediakan secara cuma-cuma antena parabola untuk akses pendidikan melalui satelit, sehingga mereka dapat belajar melalui siaran radio, TV pendidikan, internet, dan dari modul dan kaset audio/video (e-Learning). E-Learning perlu untuk digalakkan mengingat dari beberapa survey di internet menunjukkan bahwa e-Learning terbukti mampu meningkatkan mutu pendidikan dibanding cara-cara konvensional.
Semua itu harus dilakukan secara sinergi oleh beberapa pihak terkait. Pemerintah pusat sebagai motor penggerak, diharapkan akan mampu untuk melibatkan pihak swasta dan Pemerintah Daerah, untuk dapat terlaksananya pendidikan yang bermutu, tersebar merata ke seluruh wilayah Indonesia (mudah diperoleh) dan murah (terjangkau). Pendidikan yang maju dan tersebar merata serta mudah diakses akan mampu meningkatkan mutu SDM yang pada gilirannya akan mampu memajukan bangsa dan negara Indonesia sekaligus akan meningkatkan kemampuan kita untuk menang bersaing di era global sekarang ini.
5. ICT sebagai Inovasi dalam Pembelajaran.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa inovasi pembelajaran adalah suatu upaya baru dalam pembelajaran yang dilakukan guna menunjang peningkatan mutu pendidikan. Berbagai contoh inovasi yang ada dalam pembelajaran, seperti pendekatan atau strategi) pembelajaran, media pembelajaran, alat peraga pembelajaran, metode pembelajaran, kurikulum, pengelolaan kelas, maupun pembelajaran yang berbasis teknologi atau yang dikenal dengan ICT. Selain itu inovasi pembelajaran juga diarahkan pada model pembinaan guru profesional yaitu lesson study, PTK (Penelitian Tindakan Kelas), micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
Alasan ICT dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran karena adanya kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang selanjutnya merubah konsep pembelajaran dari konvesional (tradisonal) menjadi pembelajaran yang berbasis teknologi, informasi dan komunikasi. Penerapan teknologi informasi ini adalah sebagai sarana untuk mengoptimalkan belajar siswa dengan mengkonstruksi pengetahuan, informasi dan nilai yang dapat dimanfaatkan siswa dalam kehidupan nyata sesuai dengan perkembangan zaman.
6. Kesimpulan
Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang belajar.
Seperti yang telah dipaparkan, pada hakekatnya sifat inovasi itu amat relatif, dalam arti inovasi yang kita lakukan sebenarnya barangkali sudah tidak asing bagi orang lain. Tetapi sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak, maka tidaklah salah apabila terus-menerus melakkukan inovasi dalam pembelajaran.
Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru yang segar dan mencerahkan.
Tanpa didukung kemauan dari guru untuk selalu berinovasi dalam pembelajarannya, maka pembelajaran akan menjenuhkan bagi siswa. Di samping itu, guru tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Inovasi akhirnya menjadi sesuatu yang harus dicoba untuk dilakukan.
RMP Mata Kuliah Inovasi Pendidikan ke 11, 12, 13, 14
RENCANA MUTU PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan Dosen : Dr. Tjipto Subadi
Pokok Materi : Inovasi Pembelajaran E mail : tjiptosubadi@yahoo.com
Kode : MKK 103032 Bloger : Tjiptosubadi blogspot
Prodi : Pendidikan Matematika Telp/HP : 780571/0816652241
Fak/Univ/Srtata : FKIP/UMS/S1 Pertemuan: ke 11, 12,13,14
SKS : 2 SKS Strategi : Kooperatif/Jigsaw
I.Standar Kompetensi:
Mahasiswa memahami inovasi pembelajaran, antara lain:
I.11.Mahasiswa memahami strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi
pembelajaran.
I.12.Mahasiswa memahami micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
I.13.Mahasiswa memahami PTK sebagai inovasi pembelajaran
I.14.Mahasiswa memahami lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
II.Kompetensi Dasar:
Mengetahui inovasi pembelajaran, antara lain:
II.11. Mengetahui strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran
II.12. Mengetahui micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
II.13. Mengetahui PTK sebagai inovasi pembelajaran.
II.14. Mengetahui lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
III.Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
Menjelaskan inovasi pembelajaran.
III.11. Menjelaskan strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran
III.12. Menjelaskan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
III.13. Menjelaskan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
III.14. Menjelaskan lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
IV.Tujuan Pembelajaran:
IV.11. Pertemuan 11. Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Pengertian inovasi, pengertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran
2. Tahapan pembelajaran
3. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
4. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
5. Pengertian micro teaching, beberapa ketrampilan pembelajaran micro teaching
6. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
7. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study.
9. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
IV.12. Pertemuan 12. Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Alasan perlunya inovasi dalam pembelajaran sebagai inovasi pendidikan.
2. Macam-macam strategi pembelajaran dan pengertian.
3. Langkah-langkah pembelajaran yang lain (selain jigsaw).
4. Aspek-aspek ketrampilan yang dilatihkan dalam micro teaching sebagai inovasi
pembelajaran.
5. Langkah – langkah pembelajaran micro teaching.
6. Macam-macam PTK (PTK individual, Kolaborasi, dan Kelembagaan) serta penjelasannya.
7. Langkah-langkahnya (siklus) PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Sejarah lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
9. Landasan hukum penyelenggasraan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
IV.13. Pertemuan 13 Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Mencari alasan mengapa ICT sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2. Menganalisis kelemahan dan kebaikannya salah satu strategi pembelajaran sebagai
inovasi pembelajaran.
3. Menganalisis kelemahan, kebaikan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. Menganalisis kelemahan dan kebaikan PTK sebagai inovasi pembelajaran
5. Menganalisis kelemahan dan kebaikan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
IV.14. Pertemuan 14.Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan/menganalisis
1. Contoh inovasi dalam pempelajaran.
2. Mengapa strategi (model-model) pembelajaran disebut sebagai inovasi pembalajaran?
3. Mengapa micro teaching disebut sebagai inovasi pembelajaran?
4. Mengapa PTK disebut sebagai inovasi pembelajaran?
5. Mengapa lesson study disebut sebagai inovasi pembalajaran?
V. Materi Ajar:
V. 11. Materi: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching, PTK dan
lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi tersebut
antara lain;
1. Pengertian inovasi, pngertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran
2. Tahapan pembelajaran (Pendahuluan, Inti, Penutup) atau fersi lain.
3. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
4. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
5. Pengertian micro teaching, tujuan micro teaching, beberapa ketrampilan
pembelajaran micro teaching
6. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
7. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study
9. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
V.12.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Alasan perlunya inovasi dalam pembelajaran sebagai inovasi pendidikan.
2. Macam-macam strategi pembelajaran dan pengertian.
3. Langkah-langkah pembelajaran yang lain (selain jigsaw).
4. Aspek-aspek ketrampilan yang dilatihkan dalam micro teaching sebagai inovasi
pembelajaran.
5. Langkah – langkah pembelajaran micro teching.
6. Macam-macam PTK (PTK individual, Kolaborasi, dan Kelembagaan) serta penjelasannya.
7. Langkah-langkahnya (siklus) PTK sebagai inovasi pembelajaran
8. Sejarah lesson study sebagai inovasi pembelajaran
9. Landasan hukum penyelenggasraan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
V.13.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Mencari alasan mengapa ICT sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2. Menganalisis kelemahan dan kebaikannya salah satu strategi pembelajaran sebagai
inovasi pembelajaran.
3. Menganalisis kelemahan dan kebaikan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. Menganalisis kelemahan dan kebaikan PTK sebagai inovasi pembelajaran
5. Menganalisis kelemahan dan kebaikan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
V.14.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Contoh inovasi dalam pempelajaran.
2. Mengapa strategi (model-model) pembelajaran disebut sebagai inovasi pembalajaran?
3. Mengapa micro teaching disebut sebagai inovasi pembelajaran?
4. Mengapa PTK disebut sebagai inovasi pembelajaran?
5. Mengapa lesson study disebut sebagai inovasi pembalajaran?
VI.Metode/ Strategi Pembelajaran: Ceramah, diskusi kelompok, dan presentasi hasil
diskusi (oleh mahasiswa).
VII.Tahap Pembelajaran:
VII.1. Kegiatan Awal: (5 menit)
1. Menertibkan tempat duduk mahasiswa dan pengelolaan kelas.
2. Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan Bismillahirrahmanirrahim
3. Dosen menyampaikan Mata Kuliah hari ini yaitu Inovasi Pendidikan dengan Topik
kajian Inovasi Pembelajaran (ditulis di papan tulis).
4. Mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan appersepsi, Jelaskan yang sdr ketahui
tentang inovasi!
5. Mahasiswa membuat kelompok (kelas ini akan dibagi menjadi lima kelopok) yaitu
kelompok A, B, C, D. E
6. Masing-masing kelompok akan menerima satu topik yang berbeda dengan kelompok
lain.
VII.2. Kegiatan Inti:
Dosen memberikan menjelaskan: Kelima topik-topik yang akan didiskusikan secara kelompok, yaitu :
a. Inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan oleh kelompok A)
b. Strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran (akan
didskusikan oleh kelompok B).
c. Micro teaching sebagai inovasi pembelajaran(yang akan didiskusikan kelompok C).
d. PTK sebagai inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan oleh kelompok D).
e. Lesson study sebagai inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan kelompok E).
Pelaksanaan diskusi kelompok tahap I (waktu 40 menit), masing-masing kelompok membahas topiknya
Setelah selesai, langkah berikutnya:
a. Setiap kelompok MENGIRIM 4 anggotnya ke kelompok yang lain (misalnya kelompok A,
satu anggota ke kelompok B, satu anggota ke kelompok C, satu anggota ke kelompok
D, dan satu anggota ke kelompok E), dan seterusnya diikuti kelompok yang lain.
b. Anggota kelompok yang berkunjung disebut (kelompok ahli) dan kelompok yang
dikunjungi disebut (kelompok asal).
c. Kelompok ahli tersebut secara bergantian menjelaskan hasil diskusi dari
kelompoknya, giliran terakhir anggota kelompok asal menjelaskan hasil diskusinya
kepada keempat anggota kelompok ahli tersebut.
Pelaksanaan diskusi kelompok tahap II (waktu yang disediakan masing-masing penyaji 10 menit x 5 = 50 menit. Sedangkan penyaji kelompok C, D dan E dilaksanakan Jumat berikutnya.
d. Setelah selesai, anggota kelompok sebagai tamu tersebut kembali ke kelompoknya
masing-masing.
3. Dosen memberikan komentar hal-hal yang dianggap perlu.
4. Dosen memberikan penjelasan-penjelasan: diskusi hari ini selesai, dan akan
dilanjutkan kuliah hari Jumat yang akan datang.
5. Tugas kelompok, dalam minggu ini masing-masing kelompok menyempurnakan hasil
diskusi hari ini, minggu depan dikumpulkan.
VII.3. Kegiatan Penutup. (10 menit)
1. Dosen meminta agar mahasiswa menertibkan kembali tempat duduknya.
2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pos-test;
Jelaskan soal-soal dibawah ini dengan singkat !
a. Pengertian inovasi, pengertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran.
b. Tahapan pembelajaran .
c. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
d. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
e. Pengertian micro teaching, beberapa ketrampilan pembelajaran micro teaching
f. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
g. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
h. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study.
i. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
3. Dosen memberikan saran-saran agar mengembangkan materi inovasi pembelajaran, dan
membuka blogspot tjipto subadi.
4. Menutup perkuliahan dengan Alhamdulillahirabbil’alamin. Wassalamu’alaikum w. w
VIII.Alat/ Bahan/ Sumber Belajar:
VIII.A. Alat/ Media : Lembar Materi, LCD, Laptop, Lembar Kerja Mahasiswa.
VIII.B. Bahan :
1. Inovasi pembelajaran
2. Strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran.
3. Micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. PTK sebagai inovasi pembelajaran.
5. Lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
VIII.C. Sumber :
1. Muhroji. 2011. Pedoman Micro Teaching. Badan Penerbit FKIP UMS. Surakarta.
2. Sudarwan Danim, (2002) Inovasi Pendidikan., dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan Jakarta.
3. Tjipto Subadi. 2010. Lesson Study Berbasis PTK. Badan Penerbit FKIP UMS.
Surakarta.
4. Tim PLPG . 2009. Modul PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Badan Penerbit FKIP UMS.
4. Akses internet.
5. Blogspot Tjipto Subadi.
IX. Kriteria Penilaian:
2 Pt + 3 Ps + 5 Ut
-------------------- = NA/NS
10
Keterangan:
Pt = Portofolio NS/ NA = Nilai Sumatif/NilaiAkhir
Ps = Proses Ut = Ujian tulis
Surakarta, 14 Mei 2011
Dosen Pengampu
Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan Dosen : Dr. Tjipto Subadi
Pokok Materi : Inovasi Pembelajaran E mail : tjiptosubadi@yahoo.com
Kode : MKK 103032 Bloger : Tjiptosubadi blogspot
Prodi : Pendidikan Matematika Telp/HP : 780571/0816652241
Fak/Univ/Srtata : FKIP/UMS/S1 Pertemuan: ke 11, 12,13,14
SKS : 2 SKS Strategi : Kooperatif/Jigsaw
I.Standar Kompetensi:
Mahasiswa memahami inovasi pembelajaran, antara lain:
I.11.Mahasiswa memahami strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi
pembelajaran.
I.12.Mahasiswa memahami micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
I.13.Mahasiswa memahami PTK sebagai inovasi pembelajaran
I.14.Mahasiswa memahami lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
II.Kompetensi Dasar:
Mengetahui inovasi pembelajaran, antara lain:
II.11. Mengetahui strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran
II.12. Mengetahui micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
II.13. Mengetahui PTK sebagai inovasi pembelajaran.
II.14. Mengetahui lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
III.Indikator
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
Menjelaskan inovasi pembelajaran.
III.11. Menjelaskan strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran
III.12. Menjelaskan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
III.13. Menjelaskan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
III.14. Menjelaskan lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
IV.Tujuan Pembelajaran:
IV.11. Pertemuan 11. Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Pengertian inovasi, pengertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran
2. Tahapan pembelajaran
3. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
4. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
5. Pengertian micro teaching, beberapa ketrampilan pembelajaran micro teaching
6. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
7. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study.
9. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
IV.12. Pertemuan 12. Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Alasan perlunya inovasi dalam pembelajaran sebagai inovasi pendidikan.
2. Macam-macam strategi pembelajaran dan pengertian.
3. Langkah-langkah pembelajaran yang lain (selain jigsaw).
4. Aspek-aspek ketrampilan yang dilatihkan dalam micro teaching sebagai inovasi
pembelajaran.
5. Langkah – langkah pembelajaran micro teaching.
6. Macam-macam PTK (PTK individual, Kolaborasi, dan Kelembagaan) serta penjelasannya.
7. Langkah-langkahnya (siklus) PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Sejarah lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
9. Landasan hukum penyelenggasraan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
IV.13. Pertemuan 13 Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan:
1. Mencari alasan mengapa ICT sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2. Menganalisis kelemahan dan kebaikannya salah satu strategi pembelajaran sebagai
inovasi pembelajaran.
3. Menganalisis kelemahan, kebaikan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. Menganalisis kelemahan dan kebaikan PTK sebagai inovasi pembelajaran
5. Menganalisis kelemahan dan kebaikan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
IV.14. Pertemuan 14.Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan/menganalisis
1. Contoh inovasi dalam pempelajaran.
2. Mengapa strategi (model-model) pembelajaran disebut sebagai inovasi pembalajaran?
3. Mengapa micro teaching disebut sebagai inovasi pembelajaran?
4. Mengapa PTK disebut sebagai inovasi pembelajaran?
5. Mengapa lesson study disebut sebagai inovasi pembalajaran?
V. Materi Ajar:
V. 11. Materi: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching, PTK dan
lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi tersebut
antara lain;
1. Pengertian inovasi, pngertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran
2. Tahapan pembelajaran (Pendahuluan, Inti, Penutup) atau fersi lain.
3. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
4. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
5. Pengertian micro teaching, tujuan micro teaching, beberapa ketrampilan
pembelajaran micro teaching
6. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
7. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
8. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study
9. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
V.12.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Alasan perlunya inovasi dalam pembelajaran sebagai inovasi pendidikan.
2. Macam-macam strategi pembelajaran dan pengertian.
3. Langkah-langkah pembelajaran yang lain (selain jigsaw).
4. Aspek-aspek ketrampilan yang dilatihkan dalam micro teaching sebagai inovasi
pembelajaran.
5. Langkah – langkah pembelajaran micro teching.
6. Macam-macam PTK (PTK individual, Kolaborasi, dan Kelembagaan) serta penjelasannya.
7. Langkah-langkahnya (siklus) PTK sebagai inovasi pembelajaran
8. Sejarah lesson study sebagai inovasi pembelajaran
9. Landasan hukum penyelenggasraan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
V.13.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Mencari alasan mengapa ICT sebagai inovasi dalam pembelajaran.
2. Menganalisis kelemahan dan kebaikannya salah satu strategi pembelajaran sebagai
inovasi pembelajaran.
3. Menganalisis kelemahan dan kebaikan micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. Menganalisis kelemahan dan kebaikan PTK sebagai inovasi pembelajaran
5. Menganalisis kelemahan dan kebaikan lesson study sebagai inovasi pembelajaran
V.14.Materi lanjutan: Inovasi Pembelajaran (Strategi Pembelajaran, micro teaching,
PTK dan lesson study) sebagai inovasi pembelajaran. Penjabaran dari materi
tersebut antara lain;
1. Contoh inovasi dalam pempelajaran.
2. Mengapa strategi (model-model) pembelajaran disebut sebagai inovasi pembalajaran?
3. Mengapa micro teaching disebut sebagai inovasi pembelajaran?
4. Mengapa PTK disebut sebagai inovasi pembelajaran?
5. Mengapa lesson study disebut sebagai inovasi pembalajaran?
VI.Metode/ Strategi Pembelajaran: Ceramah, diskusi kelompok, dan presentasi hasil
diskusi (oleh mahasiswa).
VII.Tahap Pembelajaran:
VII.1. Kegiatan Awal: (5 menit)
1. Menertibkan tempat duduk mahasiswa dan pengelolaan kelas.
2. Dosen membuka perkuliahan dengan salam dan Bismillahirrahmanirrahim
3. Dosen menyampaikan Mata Kuliah hari ini yaitu Inovasi Pendidikan dengan Topik
kajian Inovasi Pembelajaran (ditulis di papan tulis).
4. Mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan appersepsi, Jelaskan yang sdr ketahui
tentang inovasi!
5. Mahasiswa membuat kelompok (kelas ini akan dibagi menjadi lima kelopok) yaitu
kelompok A, B, C, D. E
6. Masing-masing kelompok akan menerima satu topik yang berbeda dengan kelompok
lain.
VII.2. Kegiatan Inti:
Dosen memberikan menjelaskan: Kelima topik-topik yang akan didiskusikan secara kelompok, yaitu :
a. Inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan oleh kelompok A)
b. Strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran (akan
didskusikan oleh kelompok B).
c. Micro teaching sebagai inovasi pembelajaran(yang akan didiskusikan kelompok C).
d. PTK sebagai inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan oleh kelompok D).
e. Lesson study sebagai inovasi pembelajaran (yang akan didiskusikan kelompok E).
Pelaksanaan diskusi kelompok tahap I (waktu 40 menit), masing-masing kelompok membahas topiknya
Setelah selesai, langkah berikutnya:
a. Setiap kelompok MENGIRIM 4 anggotnya ke kelompok yang lain (misalnya kelompok A,
satu anggota ke kelompok B, satu anggota ke kelompok C, satu anggota ke kelompok
D, dan satu anggota ke kelompok E), dan seterusnya diikuti kelompok yang lain.
b. Anggota kelompok yang berkunjung disebut (kelompok ahli) dan kelompok yang
dikunjungi disebut (kelompok asal).
c. Kelompok ahli tersebut secara bergantian menjelaskan hasil diskusi dari
kelompoknya, giliran terakhir anggota kelompok asal menjelaskan hasil diskusinya
kepada keempat anggota kelompok ahli tersebut.
Pelaksanaan diskusi kelompok tahap II (waktu yang disediakan masing-masing penyaji 10 menit x 5 = 50 menit. Sedangkan penyaji kelompok C, D dan E dilaksanakan Jumat berikutnya.
d. Setelah selesai, anggota kelompok sebagai tamu tersebut kembali ke kelompoknya
masing-masing.
3. Dosen memberikan komentar hal-hal yang dianggap perlu.
4. Dosen memberikan penjelasan-penjelasan: diskusi hari ini selesai, dan akan
dilanjutkan kuliah hari Jumat yang akan datang.
5. Tugas kelompok, dalam minggu ini masing-masing kelompok menyempurnakan hasil
diskusi hari ini, minggu depan dikumpulkan.
VII.3. Kegiatan Penutup. (10 menit)
1. Dosen meminta agar mahasiswa menertibkan kembali tempat duduknya.
2. Memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pos-test;
Jelaskan soal-soal dibawah ini dengan singkat !
a. Pengertian inovasi, pengertian pembelajaran, dan pengertian inovasi pembelajaran.
b. Tahapan pembelajaran .
c. Pengertian strategi pembelajaran, mcam-macam strategi pembelajaran.
d. Langkah-langkah pembelajaran jigsaw modifikasi.
e. Pengertian micro teaching, beberapa ketrampilan pembelajaran micro teaching
f. Pengertian PTK, ciri-ciri / karakteristik PTK.
g. Tujuan PTK sebagai inovasi pembelajaran.
h. Pengertian lesson study, ciri-ciri atau karakteristik lesson study.
i. Langkah-langkahnya (siklus) lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
3. Dosen memberikan saran-saran agar mengembangkan materi inovasi pembelajaran, dan
membuka blogspot tjipto subadi.
4. Menutup perkuliahan dengan Alhamdulillahirabbil’alamin. Wassalamu’alaikum w. w
VIII.Alat/ Bahan/ Sumber Belajar:
VIII.A. Alat/ Media : Lembar Materi, LCD, Laptop, Lembar Kerja Mahasiswa.
VIII.B. Bahan :
1. Inovasi pembelajaran
2. Strategi (model-model) pembelajaran sebagai inovasi pembelajaran.
3. Micro teaching sebagai inovasi pembelajaran.
4. PTK sebagai inovasi pembelajaran.
5. Lesson study sebagai inovasi pembelajaran.
VIII.C. Sumber :
1. Muhroji. 2011. Pedoman Micro Teaching. Badan Penerbit FKIP UMS. Surakarta.
2. Sudarwan Danim, (2002) Inovasi Pendidikan., dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan Jakarta.
3. Tjipto Subadi. 2010. Lesson Study Berbasis PTK. Badan Penerbit FKIP UMS.
Surakarta.
4. Tim PLPG . 2009. Modul PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Badan Penerbit FKIP UMS.
4. Akses internet.
5. Blogspot Tjipto Subadi.
IX. Kriteria Penilaian:
2 Pt + 3 Ps + 5 Ut
-------------------- = NA/NS
10
Keterangan:
Pt = Portofolio NS/ NA = Nilai Sumatif/NilaiAkhir
Ps = Proses Ut = Ujian tulis
Surakarta, 14 Mei 2011
Dosen Pengampu
Langganan:
Postingan (Atom)