Minggu, 23 Juni 2013
KHUTBAH (CERAMAH/PIDATO) Baginda Rasulullah SAW pada malam terakhir bulan Sya’ban, tatkala menyambut datangnya bulan Ramadhan.
"Yaa Ayyuhannas …..Wahai manusia!
===========================================
Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya paling utama. Malam-malamnya paling utama. Jam-jamnya, jam-jam yang utama. Menit-menitnya, menit-menit yang juga utama. Detik demi detiknya juga paling utama. Inilah bulan di mana kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu dikabulkan.
Berhonlah kamu sekalian kepada Allah,Rabbumu, dengan niat yang tulus dan hati yang suci agarAllah membimbing kalian untuk melakukan puasa dan membaca Al Quran (Kitab-Nya).
===========================================
Celakalah bagi orang yang tidak mau ber-istighfar, celakalah bagi orangyang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan agung ini (Ramadhan).
===========================================
Kenanglah rasa lapar dan hausmu di bulan Ramadhan, dengan membandinkan ketika besok orang-orang kafir merasakan lapar dan haus di hari kiamat.Mereka orang-orang kafir merasakan haus dan lapar sekali, hanya ada minuman dari besi yang mendidih. Tetapi lapar dan hausnya hamba Allah yang mutaqin akan dibalas oleh Allah dengan bermacam-macam makanan yang lezat, dan minuman yang segar. Karena itu …. bersedekahlah kamu kepada kaum fakir dan miskin.
Wahai manusia ! pada bulan Ramadhanini … Muliakanlah orang tua. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraan. Jagalah lidah. Tahanlah pandangan dari apa yang tidak halal untuk kalian pandang. Peliharalah pendengaran dari apa yang tidak halal untuk kalian dengar.
===========================================
Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya kalian pasti dikasihi Allah
===========================================
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu solat. Itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah ‘Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menyahut mu ketika kamu menyeru-Nya, menyahutmu ketika kamu memanggil-Nya dan mengabulkan doa-doamu ketika kamu berdoa kepada-Nya.
===========================================
Wahai manusia!
Sesungguhnya diri mu tergadai kerana amal-amal kalian. Oleh kerana itu, bebaskanlah dengan beristighfar. Punggung-punggungmu berat kerana beban (dosa). Maka dari itu, ringankanlah dengan memperpanjangkan sujud.
===========================================
Ketahuilah! Allah SWT bersumpah dengan segala kebesaran-Nya, bahawa Allah tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan-Nya.
===========================================
Wahai manusia!
Barangsiapa di antaramu memberi berbuka puasa kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa pada bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
===========================================
Sahabat-sahabat bertanya : Ya Rasulullah tidaklah kami semua berbuat demikian? Rasulullah menerukan khutbahnya: jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.
===========================================
Wahai manusia!
Siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini, ia akan berhasil melalui sirath (jalan) pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Barang siapa yang meringankan pekerjaan pembantunya, pekerjanya, pegawainya,….budaknya…. pada bulan ini, Allah akan meringankan persoalan-Nya pada Hari Kiamat. Barang siapa yang menahan keburukannya pada bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa yang memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.barang siapa yang menyambungkan tali silaturahmi pada bulan ini, Allah akan menghubungkannya dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa yang memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
============================================
Barang siapa yang melakukan shalat sunat pada bulan ini, Allah akan mencatatkan baginya kebebasan dari api neraka. Siapa saja yang melakukan shalat fardhu, baginya pahala seperti melakukan 70 shalat fardhu pada bulan lain. Siapa saja yang memperbanyak selawat kepadaku pada bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangannya ringan. Siapa saja pada bulan ini membaca satu ayat al-Quran, pahalanya sama seperti mengkhatamkan al-Quran pada bulan-bulan yang lain. ============================================
Wahai manusia!
Sesungguhnya pintu-pintu syurga dibukakan bagimu. Kerana itu, mintalah kepada Allah agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Sesungguhnya pintu-pintu neraka tertutup. Kerana itu, mohonlah kepada Allah untuk tidak akan pernah membukakannya bagimu. Sesungguhnya syaitan-syaitan terbelenggu. Kerana itu, mintalah agar mereka tak lagi pernah menguasaimu.
============================================
Wahai manusia!
Sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan,yiaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang mana Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan shalat tarawih pada malam harinya suatu tathawwu’.
Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya syurga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada Mukmin di dalamnya.
============================================
Bulan puasa adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari hamba sahaya, nescaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka. ============================================
SEMOGA TULISAN INI BERMANFAAT, AMINX3
MENURUT HITUNGAN KHISAP 1 RAMADHAN TAHUN INI (2013) JATUH PADA HARI SELASA 9 JULI 2013.
============================================
SALAM TJIPTO SUBADI beserta keluarga.
Minggu, 02 Juni 2013
TUGAS KELOMPOK (anggota 4 orang) MATA KULIAH : Inovasi pendidikan ===== PRODI PBSID ====beri komentar anda, sebagai bukti sdr telah membuka blog ini ========CONTOH PROPOSAL PTK ============= PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING ( PTK di SMP N 2 Weru Kelas VIII Semester Genap Tahun 2011) ==============Oleh : NITA AGUSTINA RAHAYU A 410 080 215 ============= Telah Disetujui oleh Pembimbing : Dr. Tjipto Subadi, M.Si dan Drs. Slamet HW, M.Pd
BAB I PENDAHULUAN
=========================================================
A. Latar Belakang Masalah
=========================================================
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Sisdiknas, tahun 2003).
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang diinginkan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan metode-metode pembelajaran dalam rangka perubahan belajar yang melibatkan guru dan siswa. Peran guru sebagai fasilitator, sedangkan siswa merupakan individu yang belajar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan menggunakan rumus matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat peranan matematika yang sangat penting, maka siswa dituntut untuk menguasai pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan. Namun pelajaran matematika selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat berdampak pada prestasi belajar siswa. Ketidaksenangan terhadap matematika ini dapat berpengaruh terhadap keaktifan dalam proses belajar mengajar.
Peran guru dalam proses pembelajaran matematika sangat dominan sehingga menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif. Selama ini proses belajar mengajar matematika yang berlangsung di kelas, siswa mendengar guru menerangkan, membaca dan mencatat pelajaran yang diberikan, tetapi terkadang hanya sebagian siswa yang mau memperhatikan. Pelajaran matematika tidak segera dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, masih perlu lagi keaktifan siswa seperti bertanya, mengerjakan latihan, mengerjakan PR, dan mengadakan diskusi.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembelajaran yang sama juga terjadi di SMP Negeri 2 Weru ditemukan permasalahan mengenai keaktifan siswa diantaranya : 1) 13,15% keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, 2) 10,52% siswa mengajukan pertanyaan meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti, 3) 31,57% keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan atau PR masih kurang, 4) 15,78% hanya sebagian kecil siswa yang mau maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal.
Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa. Siswa yang aktif belajar akan lebih mudah menerima pelajaran di kelas sehingga makin baik terhadap hasil belajarnya. Setiap materi akan lebih mudah untuk dipahami apabila disajikan dengan cara yang tepat, sehingga tidak membuat siswa merasa jenuh dan bosan, oleh karena itu siswa akan lebih aktif dan bersemangat dalam belajar matematika.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diterapkan model dalam pembelajaran matematika yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan menyenangkan tentunya dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi di kelas. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu problem posing tipe post solution posing.
Problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal atau berlatih soal secara mandiri. Post solution posing yaitu siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
Model pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal seperti yang dibuat oleh guru dan menyelesaikannya sendiri atau diselesaikan oleh siswa yang lain, sehingga akan terlihat kegiatan siswa akan lebih dominan dibandingkan dengan guru. Soal yang telah disusun dapat diajukan sebagai bahan diskusi bersama teman sekelompok apabila muncul permasalahan dapat didiskusikan dengan guru. Pemilihan dan penerapan model pembelajaran problem posing ini diharapkan akan mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif ke arah yang lebih aktif .
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Posing tipe Post Solution Posing”.
========================================================
B. Rumusan Masalah
========================================================
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Adakah peningkatan keaktifan belajar matematika melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing” ? ========================================================
C. Tujuan Penelitian
========================================================
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan: “peningkatan keaktifan belajar matematika melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing”
========================================================
D. Manfaat Penelitian
========================================================
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan ilamu tentang: “peningkatan keaktifan belajar matematika melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing”
Secara praktis penelitian ini bermanfaat:
Bagi guru. sebagai referensi baru dan masukan dalam memperluas wawasan dunia pendidikan berkenaan dengan penggunaan model pembelajaran problem posing tipe post solution posing dalam meningkatkan keaktifan belajar matematika. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika dan peningkatan mutu sekolah.
========================================================
BAB II LANDASAN TEORI
========================================================
A. Kajian Pustaka
========================================================
Penelitian ini penulis mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu yang relevan untuk dilakukan penelitian saat ini. Adapun penelitian tersebut antara lain :
Pie Jen Lin (2004) dalam jurnalnya menyimpulkan penelitian ini didukung para guru untuk menciptakan suatu lingkungan di mana problem posing adalah proses alami dari belajar matematika. Problem posing memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi tentang cara siswa membangun pemahaman matematika.
Albert Rosihan Budi Saputro (2011) dalam penelitiannya dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem posing tipe post solution dalam kegiatan pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep.
Sri Haryanti (2010) dalam penelitiannya tmenyimpulkan bahwa ada peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan Lightening The learning Climate yaitu siswa ada kemauan untuk mengajukan pertanyaan, mengerjakan latihan di depan kelas, mengemukakan ide, menjawab pertanyaan, menyanggah ide.
Arif Nurfiyanto (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan melalui pendekatan Creative Problem Solving dengan menggunakan Lembar Kerja.
=========================================================
B. Kajian Teoritik
=========================================================
1. Keaktifan Belajar Matematika
=========================================================
a. Hakikat Matematika
=========================================================
Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252) menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk mengekspreksikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah un tuk memudahkan berpikir.
Menurut Uno (2007: 129) matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang mengekspresikan ide – ide atau hubungan – hubungan yang memungkinkan manusia untuk berpikir, memecahkan berbagai persoalan.
=========================================================
b. Hakikat Belajar
=========================================================
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Gagne dalam Suprijono (2009 : 2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Menurut Purwanto (2007: 102) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1) Faktor inidvidu yakni faktor yang ada pada diri organism itu sendiri meliputi kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
2) Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu meliputi faktor keluarga, guru, dan cara mengajar, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan dan kesempatan yang digunakan serta motivasi sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga memperoleh pengalaman yang menyebabkan perubahan dalam diri seseorang.
========================================================
c. Keaktifan Belajar
========================================================
Menurut Paul B. Dierich dalam Hamalik (2008: 172) terdapat beberapa macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain:
1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengakan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Menurut Sudjana (2010: 61) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dalam belajar aktif siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajar, tidak hanya guru mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki guru kepada siswa tetapi siswa mendapat pengetahuan dengan keterlibatan mereka secara aktif dalam kegiatan tersebut.
========================================================
2. Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing
========================================================
a. Pengertian Problem Posing
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan. Problem posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Jadi model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Pembelajaran problem posing diaplikasikan dalam tiga bentuk
aktivitas kognitif matematika yaitu
a. Pre solution posing, yaitu peserta didik membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru.
b. Within solution posing yaitu peserta didik memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan
pertanyaan guru.
c. Post solution posing yaitu peserta didik membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
b. Kelebihan dan Kelemahan Problem Posing
1) Kelebihan Problem Posing
(a) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
(b) Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
(c) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
(d) Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
(e) Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik.
2) Kelemahan Problem Posing
(a) Persiapan guru lebih karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan.
(b) Pembelajaran melalui pendekatan problem posing membutuhkan waktu yang lama.
(c) Pada pelaksanaan kegiatan belajar suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswa diberi kebebasan oleh guru.
========================================================
3. Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Tipe Post Solution Posing
========================================================
Kegiatan yang berkaitan dengan pembentukan soal, secara teknis yang dapat dilakukan adalah:
a. Siswa menyusun soal secara individu. Dalam penyusunan soal ini,
hendaknya siswa tidak asal menyusun soal, akan tetapi juga mempersiapkan jawaban dari soal yang sedang disusunnya. Dengan kata lain, setelah siswa tersebut dapat membuat soal, maka dia juga dapat menyelesaikan soal tersebut.
b. Agar lebih bervariasi maka dapat dibentuk kelompok-kelompok kecil untuk menyusun soal dan soal tersebut didistribusikan kepada kelompok lain untuk diselesaikan.
Langkah-langkah model pembelajaran problem posing bentuk post solution posing sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan.
c. Guru membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
d. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya.
e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempersentasikan hasil pekerjaannya.
f. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Dengan demikian pembelajaran matematika melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
=========================================================
4. Pokok Bahasan Lingkaran
=========================================================
a. Definisi Lingkaran
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama dari suatu titik tetap. Titik tetap tersebut dinamakan pusat lingkaran.
b. Unsur - Unsur Lingkaran
c. Keliling Lingkaran
d. Luas Lingkaran
========================================================
C. Kerangka Berfikir
========================================================
Pembelajaran matematika pada saat ini masih didominasi oleh guru yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa hanya pasif mendengar dan menerima apa yang diberikan oleh guru padahal dalam ketentuan sekarang ini menuntut keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Guru harus melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik dan dapat terjalin interaksi antara guru dan siswa. Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika agar diperoleh hasil yang diharapkan. Oleh karena itu guru harus berusaha memilih model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa.
Model pembelajaran yang digunakan dalam PTK ini adalah model pembelajaran problem posing tipe post solution posing yaitu suatu model pembelajaran di mana siswa belajar secara berkelompok dan guru menjelaskan materi, kemudian siswa menyusun soal sendiri yang sejenis seperti yang telah dibuat oleh guru.
Dalam menyusun soal, siswa berdiskusi dengan kelompoknya dan juga mempersiapkan jawaban dari soal yang sedang disusunnya. Dengan adanya kelompok-kelompok ini akan menuntut siswa untuk dapat aktif berinteraksi dengan siswa yang lain. Dalam kelompok tersebut siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam hal pemahaman materi. Soal yang telah dibuat akan didistribusikan kepada kelompok lain untuk diselesaikan.
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat ditunjukkan sebagai berikut:
========================================================
Kondisi Awal
========================================================
Rendahnya keaktifan siswa dalam belajar matematika meliputi :
1. Menjawab pertanyaan (13,15%)
2. Mengajukan pertanyaan (10,52%)
3. Mengerjakan soal latihan, tugas atau PR (31,57%)
4. Mengerjakan soal di depan kelas (15,78% )
========================================================
Tindakan (Pembelajaran)
========================================================
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem posing tipe post solution posing dapat diterapkan untuk mengatasi rendahnya keaktifan belajar matematika. Model pembelajaran problem posing tipe post solution posing merupakan suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk membuat soal sendiri yang sejenis seperti yang telah dibuat oleh guru.
========================================================
Kondisi Akhir
========================================================
Dengan menggunakan model tersebut di atas diprediksi meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar matematika sebagai berikut:
1. Menjawab pertanyaan (52,63%)
2. Mengajukan pertanyaan (36,84%)
3. Mengerjakan soal latihan, tugas atau PR (78,94%)
4. Mengerjakan soal di depan kelas (44,73%)
========================================================
D. Hipotesis Tindakan
========================================================
Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut jika dalam pembelajaran diterapkan model pembelajaran problem posing tipe post solution posing maka keaktifan siswa akan meningkat.
========================================================
BAB III METODE PENELITIAN
========================================================
A. Pendekatan Penelitian
========================================================
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, sedangkan desain penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti.
Penelitian tindakan ditandai dengan adanya perbaikan terus menerus sehingga tercapainya sasaran dari penelitian tersebut. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh peneliti. PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasil tidak nya siklus-siklus tersebut.
=======================================================
B. Tempat dan Waktu Penelitian
=======================================================
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Weru. Penelitian di tempat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki jumlah siswa yang representatif untuk diteliti. Selain itu lokasi mudah dijangkau peneliti sehingga lebih efisien dalam mendapatkan data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011/2012. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut: (buat jadwal sendiri)
=======================================================
C. Subyek Penelitian
=======================================================
Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai subyek yang memberi tindakan kelas. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Weru yang terdiri dari 38 siswa sebagai subyek yang menerima tindakan. Peneliti adalah subyek yang melakukan perencanaan, pengumpulan data, analisis data dan penarikan kesimpulan.
=======================================================
D. Prosedur Penelitian
=======================================================
Penelitian ini dimulai dengan dialog awal kemudian dilanjutkan langkah-langkah sebagai berikut; 1) perencanaan 2) pelaksanaan tindakan dan observasi 3) refleksi dan evaluasi. (bagan dibuat sendiri)
Dialog awal. Suatu pertemuan antara peneliti dan guru matematika bersama-sama melakukan pengenalan, penyatuan ide, dan berdiskusi membahas masalah dan cara-cara peningkatan keaktifan siswa yang terfokus pada interaksi siswa dan guru. Membuat kesepakatan untuk memecahkan masalah peningkatan keaktifan belajar siswa melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing. Langkag berikutnya sbb:
=======================================================
1. Perencanaan Tindakan Kelas
=======================================================
Hasil dari dialog awal yang telah diputuskan dan disepakati bersama diharapkan membawa kesadaran pentingnya peningkatan keaktifan belajar siswa di SMP N 2 Weru, selanjutnya disusun langkah-langkah pesiapan tindakan yang terdiri.
a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika.
b. Identifikasi masalah dan penyebabnya.
c. Perencanaan solusi masalah.
=======================================================
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
=======================================================
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana. Rencana tindakan harus bersifat sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada sebagai upaya perbakan.
Observasi dilakukan dengan mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran dan menyimpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses pembelajaran.
=======================================================
3. Refleksi dan evaluasi
=======================================================
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan seperti yang telah dicatat oleh observer. Evaluasi hasil penelitian dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan,observasi, dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan penelitian. Kemudia dilakukan penyimpulan.
Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, pada, dan bermana. Hasil dari penelitian tersebut berupa peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
======================================================
E. Metode Pengumpulan Data
======================================================
Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Arikunto (2006:229) dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Observasi digunakan untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku tindakan belajar siswa yaitu peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran problem posing tipe post solution posing.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang muncul pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung yang belum terdapat dalam observasi. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru matematika.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa RPP, buku-buku, buku presensi, dan lain-lain. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, nama siswa, dan foto proses tindakan penelitian.
=====================================================
F. Instrumen Penelitian
=====================================================
1. Pengembangan Instrumen
Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Pedoman ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a) Observasi tindak mengajar yang disesuaikan dengan rencana pembelajaran.
b) Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
c) Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai.
2. Validitas Data
Validitas data bertujuan menjamin kemantapan dan keabsahan data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian untuk kemudian dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2008: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.
====================================================
G. Teknik Analisis Data
====================================================
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur. Dimana langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi pengumpulan data, penyajian data, dan verifikasi data.
1. Proses Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan atau tindakan di kelas.
2. Penyajian Data
Pada langkah penelitian ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga dapat menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variable, peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
3. Verifikasi Data
Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian analisis data dalam penelitia ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan. Verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadi kesimpulan.
========================================================
DAFTAR PUSTAKA
========================================================
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryanti, Sri. 2010. “Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Keliling dan Luas Segitiga melalui Pendekatan Lightening The Learning Climate ”. Skripsi. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Press Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurfiyanto, Arif. 2010. “Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Lembar Kerja Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Bangun Ruang Sisi Datar”. Skripsi. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)
Permana, Ashidiq. 2011. “Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika”.
http://ashidiqpermana.wordpress.com/2011/05/17/problem-posing-dalam
pembelajaran-matematika/ diakses tanggal 5 November 2011
Pie Jen Lin. 2004. Supporting Teachers On Designing Problem Posing Tasks As
A Tool Of Assessment To Understand Students Mathematical Learning. Group for the Psychology of Mathematics Education Vol 3 pp 257–264
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: ALPHABET.
Saputro, Albert Rosihan Budi. 2011. “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution ”. Skripsi. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Langganan:
Postingan (Atom)